Ilustrasi pasangan. Shutterstock

cinta

Pentingnya Me Time bagi Suami Istri selama #dirumahaja

Selasa, 19 Mei 2020 19:00 WIB
Reporter : Tempo.co Editor : Silvy Riana Putri

CANTIKA.COM, Jakarta - Lebih dari dua bulan masyarakat menjalani aktivitas di rumah saja untuk cegah penularan virus corona baru atau Covid-19. Bagi sejumlah suami istri, di minggu-minggu awal terasa menyenangkan karena bisa intens bertemu dari hari-hari sebelumnya

Tapi melewati satu bulan ke atas, beberapa di antara mereka mulai dilanda kebosanan dan menghadapi sejumlah persoalan rumah tangga. Menanggapi hal tersebut, psikolog dari Tiga Generasi Ayoe Sutomo mengatakan bahwa hal ini sangat wajar terjadi.

Ia menjelaskan pada dasarnya, setiap individu memiliki konsep dialectic tension dalam hidup. “Ini adalah kondisi di mana adanya kebutuhan untuk terkoneksi, tapi juga terpisah,” katanya dalam live Instagram di akun @tigagenerasi pada Senin, 18 Mei 2020.

Untuk menghindari konflik suami istri selama di rumah saja, maka dibutuhkan keseimbangan dari tetap terkoneksi dan terpisah ini. Ayoe mengatakan bahwa dari segi terkoneksi mungkin tidak perlu dilakukan lagi, sebab pasangan pasti bertemu setiap hari selama di rumah saja.

Sedangkan momen terpisah, memang sulit dilakukan saat #dirumahaja tapi bisa diterapkan lewat me time atau memiliki waktu untuk memanjakan diri sendiri.

“Contohnya bisa dengan cara menjalankan hobi seperti membaca buku dan membuat kue atau relaksasi seperti menonton televisi dan rebahan," sarannya.

Lalu bagaimana dengan pasangan yang memiliki anak? Tentunya waktu untuk diri sendiri bisa didapatkan melalui kerja sama antar pasangan. “Contoh, ibunya lebih baik menjaga anak saat belajar, saat itu bapaknya memanfaatkan me time. Begitu pula saat anak bermain dengan bapak, ibunya diminta untuk me time,” ujarnya.

Dengan keseimbangan ini, setiap pasangan akan mengalami keharmonisan meski selama di rumah saja.

“Karena sekarang kita tahu apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri dan pasangan. Ini baik diterapkan agar di rumah saja bukan menghancurkan, tapi senantiasa merekatkan hubungan keluarga,” ungkapnya.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA