6 Tanda Rumah Tangga Cinta, Jangan Mati Rasa karena Rutinitas

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi pasangan. Unsplash.com/Annette Sousa

Ilustrasi pasangan. Unsplash.com/Annette Sousa

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Kehidupan rumah tangga yang sudah dijalani bertahun-tahun membutuhkan penyegaran agar suami istri tetap saling sayang. Sebab, umumnya pasangan kerap terjebak dengan rutinitas sehari-hari yang membuat mereka lupa atau bahkan mati rasa akan cinta satu sama lain.

Rasa cinta harus diingat kembali dan diungkapkan. Bisa jadi sudah diungkapkan, tapi karena sering maka terasa biasa saja. Hal-hal yang menjadi 'biasa saja' ini sebaiknya jangan disepelekan. Pikirkan lagi kenapa dan bagaimana hal biasa itu begitu istimewa pada mulanya. Lalu rasakan kembali cinta yang tubuh.

Ada enam tanda pasangan atau suami istri sebenarnya menunjukkan rasa cinta. Berikut ini rinciannya:

  1. Panggilan sayang
    Jangan abaikan ketika suami atau istri mengucapkan kata mama, papa, sayang, bunda, umi, ayah, abi, atau panggilan sayang saat masih pendekatan dulu. Ingat bagaimana perasaan ini begitu bahagia ketika kita mendengar dia mengucapkan sebutan itu.

    Dalam ilmu psikologi, panggilan sayang ini dinamakan sebagai personal idiom. Jika pasangan sudah memiliki personal idiom, maka tandanya hubungan yang mereka jalani sudah kuat. Beberapa pasangan juga memiliki satu kata yang memiliki arti tersendiri yang maknanya lebih dalam. Satu kata yang bisa mempersonifikasikan seseorang, yang mungkin tidak diketahui oleh orang lain.

    Penulis Karen J. Pragger dalam buku The Psychology of Intimacy yang terbit pada 1995, menyatakan panggilan sayang merupakan salah satu indikator kedekatan pasangan, selain gestur, kebiasaan yang dibangun bersama, dan perilaku seksual pasangan tersebut.

  2. Tak takut berkata jujur
    Tiada rasa takut atau sungkan untuk mengucapkan apa yang ada di dalam hati. Perlu diketahui, bicara jujur itu sulit dilakukan jika hubungan yang terjalin belum benar-benar kokoh.

    Jika sudah berani bilang saat merasa tidak senang karena pasangan tidak memberikan kabar, atau tidak membantu membereskan rumah, maka tandanya Anda sudah merasa aman untuk terbuka dengan hubungan yang dijalani. Hanya saja, perlu diperhatikan bagaimana cara menyampaikan pendapat itu.

  3. Memahami karakter masing-masing
    Setiap orang punya karakter berbeda. Dan saat pasangan sudah memahami karakter masing-masing, mereka pasti tahu bagaimana cara menunjukkan rasa cinta masing-masing. Ada orang yang memang bukan tipe yang romantis, sehingga tak terbiasa memamerkan kepeduliannya dengan ungkapan sayang. Dia punya cara lain untuk menunjukkan kasih sayang.

    Ketika suami istri tak lagi terlalu menuntut pasangannya untuk mengikuti gaya mengungkapkan cinta yang diinginkan, maka hubungan ini terbilang sehat. Makna tidak lagi terlalu menuntut pasangan bukan berarti pasrah dengan apa yang ada, melainkan berdasarkan kesadaran untuk saling mengerti.

  4. Saling memberi semangat
    Pasangan saling mendukung untuk aktivitas positif mereka. Upaya ini membutuhkan dedikasi dan perasaan tulus yang hanya bisa dilakukan jika ada rasa saling menghargai satu sama lain. Suami atau istri mungkin tidak selalu sama-sama setuju terhadap satu hal, tapi ketika sudah diputuskan, maka mereka saling menghargai dan melaksanakan.

  5. Bisa menjadi diri sendiri
    Tak perlu ragu melakukan hobi yang mungkin oleh sebagian besar orang dianggap aneh. Tak malu menunjukkan kelemahan diri di depan pasangan. Hanya dengan menjadi diri sendiri, Anda juga bisa mencintai dan menerima pasangan apa adanya.

  6. Merasa bahagia
    Jangan pungkiri jika Anda merasa bahagia hidup bersamanya. Tentu ada momen-momen manis yang kalian lalui bersama. Ingat kembali saat-saat indah itu bersama pasangan. Tertawa, menangis, merenung bersama hingga sampai pada titik sekarang. Semua itu butuh perjuangan yang panjang bukan?

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."