Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock

kesehatan

Asupan Serat yang Cukup pada Anak Turunkan Risiko Konstipasi

Kamis, 5 Maret 2020 13:00 WIB
Reporter : Eka Wahyu Pramita Editor : Silvy Riana Putri

CANTIKA.COM, JAKARTA - Kebutuhan serat berperan dalam tumbuh kembang gizi anak. Jika asupan itu tak terpenuhi bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada saluran cerna anak. Hasil penelitian terbaru yang dilakukan Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Badriul Hegar menunjukkan bahwa asupan serat yang cukup telah teruji secara klinis dapat membantu mengurangi gejala gangguan buang air besar.

Penelitian yang dilakukan di salah satu wilayah di Jakarta, memperlihatkan 9 dari 10 anak usia 2-3 tahun hanya mengonsumsi rata-rata 4.7 gram serat per hari. Jumlah tersebut jauh di bawah angka kecukupan Gizi (AKG 2013), yaitu sebanyak 16 gram serat per hari.

Hasil penelitian tersebut juga mendapatkan 1 dari 3 anak mempunyai pola defekasi (istilah medis yang merujuk pada buang air besar) berisiko konstipasi, yaitu meski buang air besar setiap hari, tetapi memiliki konsistensi yang keras atau sebaliknya. Meski konsistensinya lunak, tetapi frekuensi buang air besar tiga hari sekali atau kurang.

Intervensi penambahan serat, meski hanya sebesar 7 gram selama dua bulan terlihat dapat memperbaiki pola defekasi secara signifikan pada 74% anak anak tersebut pada dua minggu pertama dan mencapai 90% setelah dua bulan.

Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastrohepatologi Badriul Hegar usai ditemui di acara "Bicara Gizi: Peranan Serat untuk Dukung Kesehatan Pencernaan Anak" di Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020. TEMPO/ Eka Wahyu Pramita

"Serat dapat membantu menyerap air di usus besar, memperbesar volume dan melunakkan konsistensi feses, mempercepat pembuangan sisa makanan dari usus besar, hingga menstimulasi saraf pada rektum agar anak memiliki keinginan untuk BAB (Buang Air Besar),” kata Badriul dalam "Bicara Gizi: Peranan Serat untuk Dukng Kesehatan Pencernaan Anak" di Jakarta, Rabu, 4 Maret 2020.

Menurut Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini seorang anak dikatakan memiliki konstipasi apabila terjadi gangguan pada pola BAB, yaitu frekuensi defekasi yang jarang dengan konsistensi feses yang keras, serta beberapa gejala klinis penyertanya.

"Kondisi ini tidak dapat diremehkan karena terganggunya kesehatan saluran pencernaan anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas kesehatan anak di masa depan," lanjutnya.

Untuk itu, orang tua perlu mencermati kesehatan saluran pencernaan anak antara lain, salah satunya dengan memperhatikan kecukupan konsumsi serat harian si kecil. "Kenalkan anak sejak mulai MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) dengan semua jenis makanan termasuk serat yang ada dalam buah dan sayur," imbau Badriul.