9 Kesalahan yang Perlu Dihindari Ibu saat Mengasuh Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi orangtua pusing dengan anak. Shutterstock

Ilustrasi orangtua pusing dengan anak. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menjadi ibu adalah perjalanan yang istimewa dan jika Anda telah memulai perjalanan ini, Anda perlu bersiap menghadapi kegagalan. Jangan berkecil hati jika melakukan kesalahan karena itu wajar adanya. Meski demikian, lebih baik menyiapkan diri dan pikiran untuk mengambil pelajaran dari setiap peristiwa atau kesalahan yang terjadi. Berikut adalah beberapa kesalahan yang sebaiknya dihindari ibu saat mengasuh anak:

1. Cenderung mengasuh anak secara berlebihan

Pengasuhan berlebihan terjadi ketika ibu terlalu campur tangan dalam kehidupan anak-anaknya, berusaha mengendalikan setiap aspek pengalaman dan keputusan mereka. Hal ini dapat menghambat perkembangan kemandirian, ketahanan, dan keterampilan memecahkan masalah pada anak, karena mereka mungkin terlalu bergantung pada orang tua dalam memberikan bimbingan dan pengambilan keputusan.

Para ibu perlu berusaha menemukan keseimbangan antara memberikan dukungan dan bimbingan sambil memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi, belajar dari kesalahan, dan mengembangkan otonomi.

2. Secara tidak sengaja membandingkan anaknya dengan orang lain

Membandingkan anak dengan saudara kandungnya, teman sebayanya, atau standar yang tidak realistis dapat melemahkan harga diri anak dan menciptakan persaingan tidak sehat atau kebencian. Setiap anak unik dengan kekuatan, kelemahan, dan kecepatan perkembangannya masing-masing, dan membandingkannya dapat menimbulkan perasaan tidak mampu atau tidak berharga.

Para ibu perlu fokus untuk merayakan individualitas setiap anak, membina bakatnya, dan mendukung tumbuh kembangnya tanpa membanding-bandingkan.

3. Mengabaikan kebutuhan emosional anak

Mengabaikan kebutuhan emosional anak dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental dan kesejahteraan mereka. Para ibu perlu menciptakan lingkungan yang mendukung dan mengasuh di mana anak-anak merasa aman dalam mengekspresikan perasaan, kekhawatiran, dan emosi mereka tanpa takut dihakimi atau ditolak.

Dengan memvalidasi emosi anak, mendengarkan secara aktif, dan menawarkan empati serta pengertian, para ibu dapat menumbuhkan kecerdasan emosional, ketahanan, dan strategi penanggulangan yang sehat.

4. Tidak konsisten dalam menerapkan kedisiplinan

Ketidakkonsistenan dalam disiplin dapat membingungkan anak-anak dan melemahkan efektivitas ekspektasi serta konsekuensi perilaku. Ibu perlu menetapkan aturan, batasan, dan ekspektasi yang jelas terhadap perilaku, serta secara konsisten menegakkannya dengan adil dan konsisten.

Dengan menetapkan ekspektasi yang jelas dan menindaklanjuti konsekuensi yang sesuai, para ibu dapat meningkatkan akuntabilitas, tanggung jawab, dan disiplin diri pada anak-anak mereka.

5. Membuat jadwal anak sangat padat

Menjadwalkan anak secara berlebihan dengan terlalu banyak kegiatan ekstrakurikuler, pelajaran, atau kewajiban dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan penurunan kualitas waktu untuk ikatan keluarga dan relaksasi.

Para ibu perlu memprioritaskan keseimbangan dan memberi anak waktu untuk bermain tidak terstruktur, waktu senggang, dan aktivitas restoratif yang meningkatkan kreativitas, imajinasi, dan hubungan sosial. Dengan mengembangkan gaya hidup seimbang yang mencakup aktivitas terstruktur dan waktu luang, para ibu dapat mendukung kesejahteraan dan perkembangan anak mereka secara keseluruhan.

6. Mengabaikan perawatan diri

Mengabaikan perawatan diri dan memprioritaskan kebutuhan anak di atas kebutuhannya sendiri dapat menyebabkan kelelahan, kelelahan, dan kebencian. Para ibu perlu memprioritaskan kesehatan fisik, emosional, dan mentalnya dengan menyediakan waktu untuk aktivitas perawatan diri, hobi, dan minat yang menyegarkan dan menyegarkan mereka.

Dengan mencontohkan praktik perawatan diri dan memprioritaskan kesejahteraan mereka, para ibu dapat memberikan contoh positif bagi anak-anak mereka dan menumbuhkan dinamika keluarga yang sehat.

7. Mengatur anak secara mikro

Mengelola pekerjaan rumah atau tugas akademis anak secara berlebihan dapat menimbulkan tekanan, stres, dan kecemasan yang tidak semestinya, sehingga melemahkan motivasi dan kecintaan mereka untuk belajar. Para ibu perlu memberikan dukungan dan bimbingan sesuai kebutuhan, namun memberikan otonomi pada anak untuk mengambil alih tanggung jawab akademisnya dan belajar dari kesalahannya.

Dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memberi semangat, para ibu dapat memberdayakan anak-anak mereka untuk mengembangkan motivasi intrinsik, ketahanan, dan pola pikir berkembang.

8. Mengabaikan waktu berkualitas bersama anak

Mengabaikan waktu berkualitas dengan anak-anak karena jadwal sibuk, komitmen kerja, atau gangguan dapat membebani hubungan orang tua-anak dan menyebabkan perasaan diabaikan atau terputusnya hubungan. Para ibu perlu memprioritaskan menghabiskan waktu yang bermakna dan tidak terputus bersama anak-anak mereka, terlibat dalam aktivitas yang mereka sukai, dan membina komunikasi dan ikatan yang terbuka.

Dengan membina hubungan yang kuat dan positif dengan anak-anaknya, para ibu dapat menciptakan rasa aman, memiliki, dan kepercayaan yang memperkuat keluarga.

9. Mengabaikan tanda-tanda masalah kesehatan mental

Mengabaikan tanda-tanda masalah kesehatan mental pada anak-anak, seperti perubahan perilaku, suasana hati, atau kinerja akademis, dapat menunda atau mencegah intervensi dan pengobatan dini. Para ibu perlu waspada dan proaktif dalam mengenali dan mengatasi potensi tanda-tanda masalah kesehatan mental, mencari bantuan dan dukungan profesional bila diperlukan.

Dengan memprioritaskan kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak mereka, para ibu dapat memastikan bahwa mereka menerima dukungan, sumber daya, dan intervensi yang diperlukan untuk berkembang secara emosional dan psikologis.

Pilihan Editor: Ibu Bahagia Bisa Tingkatkan Kualitas Pengasuhan pada Anak

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."