Ilustrasi ibu dan bayi. Unsplash.com/Sharon Muccutcheon

keluarga

Selain Baby Blues, Kenali Depresi dan Kecemasan Usai Persalinan

Kamis, 4 Juli 2019 11:42 WIB
Reporter : Cantika.com Editor : Yunia Pratiwi

CANTIKA.COM, Jakarta - Jika Anda Ibu baru atau sedang hamil, atau bahkan hanya berpikir untuk memulai sebuah keluarga, Anda mungkin pernah mendengar setidaknya sedikit tentang depresi usai persalinan. Tetapi yang sering disorot dalam pembicaraan seputar kesehatan mental ibu adalah komponen kecemasan usai persalinan.

Baca juga: Risiko Hamil dan Melahirkan di Usia Matang

Kecemasan usai persalinan mempengaruhi sekitar 15 persen wanita, meskipun jumlah itu sedikit berbeda dalam penelitian ilmiah. Ini menunjukkan bahwa itu sama biasa dengan PPD, yang telah terbukti memengaruhi 10 hingga 20 persen ibu baru. Tetapi kecemasan dan depresi usai persalinan sangat terkait.

Secara historis, para ahli medis menggunakan "depresi usai persalinan" sebagai istilah umum untuk sejumlah gangguan mood yang dapat terjadi pada periode usai persalinan, termasuk gangguan obsesif kompulsif (OCD), psikosis, dan kecemasan, jelas Shelly Orlowsky, PsyD, seorang psikolog klinis berlisensi yang berspesialisasi dalam gangguan mood dan kecemasan perinatal.

Mungkin hal ini membingungkan bagi beberapa wanita yang merasa cemas selama atau setelah kehamilan tetapi tidak merasa gejala depresi. Tidak ada diagnosis satu ukuran untuk semua, tetapi dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa yang membedakan kecemasan dan depresi usai persalinan serta bagaimana mereka tumpang tindih merupakan langkah penting menuju mendapatkan perawatan kesehatan mental yang tepat pada periode perinatal.

Selanjutnya perbedaan baby blues dan depresi usai melahirkan
<!--more-->
#Depresi usai persalinan

Banyak ibu baru mengalami apa yang biasa disebut "baby blues" —suatu periode perasaan sedih, jengkel, marah, jengkel, putus asa, dan / atau sebal selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Anda mungkin merasa ingin menangis tanpa alasan, tidak yakin tentang membesarkan bayi Anda, atau sulit tidur. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) perasaan-perasaan ini dapat datang dan pergi secara bergelombang, tetapi pada akhirnya mereka harus menyelesaikannya sendiri dalam waktu satu atau dua minggu setelah melahirkan.

Lalu apa bedanya depresi usai persalinan dan baby blues? Melansir laman Womens Health, depresi usai persalinan dapat bertahan hingga satu tahun setelah melahirkan bayi Anda, dan umumnya membutuhkan perawatan yang lebih formal (seperti intervensi terapi atau medis).

Wanita dengan depresi usai persalinan kerap memiliki perasaan kewalahan yang intens tentang perannya sebagai ibu dan bahkan mungkin mempertanyakan apakah mereka seharusnya menjadi seorang ibu. Sherly Orlowsky menjelaskan ada tema lain yang berulang, misalnya tidak merasa seperti dirimu sendiri, atau merasa di luar kendali tanpa tahu mengapa.

Dia juga memiliki pasien yang melaporkan tidak merasakan apa-apa, atau mati rasa secara emosional; mereka hanya melalui gerakan tanpa minat pada bayi mereka, atau kehidupan secara umum. Beberapa ibu mungkin menyimpan pikiran untuk melukai dirinya sendiri atau bayinya. Seperti yang Anda lihat, depresi usai melahirkan cukup kompleks dan dapat terlihat sangat berbeda dari orang ke orang.

#2. Gejala kecemasan pascapersalinan sedikit berbeda.
Kecemasan usai persalinan sebagai istilah yang digunakan dokter untuk menggambarkan perasaan dan mendiagnosis Anda. Sherly Orlowsky menggambarkan depresi usai persalinan sebagai hilangnya perasaan, dan kecemasan usai persalinan atau gangguan kecemasan umum sebelum dan usai melahirkan, sebagai kehilangan rasa keseimbangan dan ketenangan yang normal. Wanita dengan kecemasan usai persalinan tidak secara khusus berurusan dengan depresi.

Sebaliknya, wanita dengan kecemasan usai persalinan sendiri mungkin merasa seolah-olah mereka dalam keadaan khawatir yang konstan. Mereka mungkin merasa tidak mampu menenangkan pikiran mereka, tidak peduli seberapa keras mereka berusaha, atau kesulitan duduk diam atau tertidur.

Beberapa ibu dengan kecemasan usai persalinan memiliki pikiran “bagaimana jika?” Yang mengganggu tentang hal-hal buruk yang terjadi pada bayi. Mereka mungkin takut masuk ke mobil bersama anak mereka, atau tidak nyaman meninggalkannya bersama orang lain..

Seperti depresi usai melahirkan, https://www.cantika.com/read/1218960/tiba-tiba-cemas-saat-bekerja-di-kantor-simak-8-tips-mengatasinya usai persalinan juga dapat ditangani. Banyak ibu dengan kecemasan usai melahirkan tidak menyadari bahwa mereka memilikinya, dan sering tidak terdiagnosis. Alasan lain ibu dengan kecemasan usai melahirkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah atau menunda mencari bantuan adalah karena mereka tidak tahu berapa banyak kecemasan yang dianggap normal.