Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak-anak. betterparenting.com

keluarga

Ingat 5 Hal Jika Berdebat dengan Pasangan tentang Pola Asuh Anak

Sabtu, 11 Mei 2019 21:30 WIB
Reporter : Tabloid Bintang Editor : Yunia Pratiwi

CANTIKA.COM, Jakarta - Masalah pengasuhan anak bisa memicu ketegangan antara suami istri. Hal in biasanya karena orang tua mempunyai prinsip soal parenting atau pengasuhan anak dan ide yang bertentangan tentang cara terbaik untuk membesarkan anak dan tidak berupaya untuk menyamakan persepsi.

Baca juga: Tak Ada Kata Terlambat Batasi Anak Bermain Gawai, Ini Saran Pakar

Jika terjadi perdebatan terus-menerus, hal ini tidak hanya menambah ketegangan dan kebencian pada pernikahan, tetapi juga memberi pengaruh negatif bagi anak-anak. “Masalah pengasuhan anak adalah salah satu hal umum yang sering memicu pertentangan antara pasangan suami istri,” kata Lori Whatley, seorang terapis pernikahan dan keluarga yang berbasis di Atlanta. “Dan penting untuk mengetahui bahwa konflik orang tua dapat berdampak negatif pada anak-anak Anda,”.

Para pakar sepakat bahwa perbedaan pandangan atau pola asuh antara suami istri adalah hal yang biasa-biasa saja. Setiap orang harus menjadi dirinya sendiri dan tidak mengapa jika salah satunya menjadi lebih dominan dan yang lain lebih mengalah. Namun, masalah biasanya muncul ketika perbedaan pola asuh anak tersebut berakibat munculnya konflik atau ketisaksepakatan mengenai keputusan yang harus dibuat menyangkut peraturan dasar yang akan diterapkan pada anak. Tanpa disadari, banyak orang tua berdebat bahkan berujung pertengkaran hebat dan dilakukan di depan anak.

Saat perdebatan tidak bisa dihindari dan pertengkaran pecah di depan anak, setidaknya ingatlah lima aturan dasar berikut agar pertengkaran Anda dengan pasangan tidak berdampak buruk bagi anak yang menyaksikan.

1. Jangan Menyebut-Nyebut Anak Sebagai Sumber Permasalahan
Pasti ada saat-saat tertentu di mana anak tidak bisa terhindarkan dari menyaksikan pertengkaran orang tuanya. Tentu saja anak juga perlu belajar bahwa konflik merupakan bagian penting dari kehidupan. Namun ketika perdebatan muncul karena masalah yang berakar dari anak baik secara langsung ataupun tidak, orang tua harus menghindari perdebatan tersebut di depan anak.

“Penelitian membuktikan bahwa depresi, kecemasan, dan agresif merupakan perilaku yang umum pada anak yang sering menyaksikan perdebatan orang tuanya tentang mereka,” ungkap Lori Whately. Berdebat tentang anak di depan mata kepala mereka dapat menyebabkan kerusakan psikis mereka karena hal itu memicu rasa tidak aman dan tidak stabil pada diri mereka. Hal ini juga dapat menjadi manifestasi dari perasaan bersalah dan rasa bertanggung jawab seumur hidup.

Selanjutnya.. 2. Berdiskusilah...
<!--more-->
2. Berdiskusilah, Jangan Berdebat
Konflik diperlukan agar hubungan pernikahan dapat berkembang. Dan mampu mendiskusikan ketidaksepakatan Anda secara terbuka jauh lebih baik secara psikologis daripada menutupnya. Tetapi, di saat yang sama, orang tua perlu menghadirkan kekompakkan. Sekalipun seseorang tidak sepakat dengan apa yang dikatakan pasangannya, mereka perlu menerima bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik untuk anak.

Orang tua dapat menyelesaikan masalah besar atau kecil mereka belakangan, ketika tidak di depan anak. Yang paling penting bagi kesehatan hubungan orang tua dan si anak adalah menghadirkan kekompakkan. Selain itu, jika seorang anak melihat bahwa orang tua mereka tidak kompak, mereka akan mengingatnya lalu mengeksploitasi kelemahan untuk keuntungan mereka sendiri.

Misalnya ketika ayah dan ibu berbeda pendapat soal penerapan waktu belajar untuk anak, ketika anak mengetahui adanya perbedaan pendapat tersebut, bisa saja anak mendekati salah satu orang tua yang menurutnya lebih menguntungkan. “Kita harus menyadari bahwa anak-anak lebih cerdas dari yang kita kira dan pertumbuhan kecerdasan mereka sudah dimulai sejak mereka lahir,” Lori Whately mengingatkan. “Orang tua perlu menemukan cara sepakat untuk tidak sepakat dalam proses pengasuhan anak,” lanjut Lori Whately.

3. Jangan Saling Menyalahkan
Jika orang tua saling menuding dan menyalahkan hanya karena mereka berbeda cara pandang ini sangat buruk. Hal itu tidak akan memperluas argumen, namun juga mempengaruhi prinsip mengasuh anak secara keseluruhan. Jika ada perbedaan pandangan, gunakan momen itu untuk mempelajari bagaimana pasangan Anda dibesarkan, seperti apa nilai-nilai kehidupannya, dan bagaimana cara orang tua pasangan Anda menerapkan disiplin.

Memahami bagaimana cara berpikir pasangan Anda dapat membantu Anda untuk mengantisipasi seperti apa reaksi yang akan muncul dalam situasi tertentu, termasuk ketika muncul perdebatan. “Kami memperbolehkan pasangan untuk saling menyampaikan sudut pandang dan alasan mereka di baliknya,” kata Lucy Harris, CEO dari situs parenting Hello Baby Bump.

4. Hindari Kata-Kata Kasar dan Merendahkan
Pemilihan kata sangat penting ketika Anda berdebat dengan pasangan dan disaksikan oleh anak. Dalam situasi “panas”, terkadang seseorang bisa lepas kendali dan mengeluarkan kata-kata yang tidak sepatutnya, seperti menyebut pasangan dengan sebutan “Anda”, hingga makian-makian kasar yang tidak layak didengar anak.

Hindarilah kata-kata kasar dan terkesan merendahkan terhadap pasangan, terutama ketika ada anak di depan Anda. “Buatlah pernyataan tentang apa yang Anda inginkan alih-alih membeberkan kesalahan-kesalahan pasangan,” saran Lori Whately. “Hal ini akan membantu mereka mendengarkan keinginan Anda dan mendengarkan dengan penuh respek,” lanjut Lori Whately.

5. Jangan Menghasut Anak
Terkadang orang tua berusaha mencari pembenaran dengan meminta dukungan dari anak ketika terlibat dalam perdebatan dengan pasangan. “Ibu tidak asik, ya? Makan permen saja tidak boleh, padahal kan enak, ya Kak?” misalnya. Hal ini bisa membuat anak semakin melihat perbedaan pandangan antara kedua orang tuanya dan bisa menimbulkan pandangan subyektif dari anak dalam melihat konflik orang tuanya. Anak sangat mudah dipengaruhi karenanya jangan menghasut mereka untuk membenci salah satu orang tuanya.

AURA