Mengenal Anxious Attachment Style, Rasa Takut Ditinggalkan dan Butuh Kepastian

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi wanita sedih atau patah hati. Freepik.com

Ilustrasi wanita sedih atau patah hati. Freepik.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Seseorang dengan Anxious Attachment Style mungkin takut ditinggalkan dan membutuhkan kepastian yang konsisten dari orang yang mereka cintai untuk merasa aman. Jika gaya keterikatan cemas secara negatif memengaruhi cara seseorang berhubungan dengan orang lain, itu mungkin untuk mengubahnya.

Dari masa kanak-kanak hingga dewasa, pengalaman dapat membentuk seseorang dan pada akhirnya menentukan bagaimana mereka membentuk keterikatan dan hubungan yang sehat dan penuh kasih dengan orang lain. Teori keterikatan dari psikoanalis Inggris John Bowlby, di mana gaya keterikatan yang berbeda adalah hasil dari bagaimana ikatan emosional, atau kekurangannya, terbentuk selama tahun-tahun awal masa kanak-kanak.

Jika seorang anak mengalami masalah dengan ikatan emosional, terutama dengan ibunya, hal itu dapat mengakibatkan perasaan tidak aman dan ketidakpercayaan secara keseluruhan. Saat anak tumbuh, rasa tidak aman ini dapat menyelimuti hubungan yang mereka temui, dengan mereka membutuhkan kepastian terus-menerus.

Namun, dimungkinkan untuk mengubah rasa kecemasan menjadi aman. Pengalaman emosional korektif dapat memastikan seseorang membangun hubungan yang sehat dan aman dengan orang lain yang juga sehat dan aman.

Teori atau gaya keterikatan berpusat pada bagaimana seseorang membentuk ikatan emosional dengan orang tua atau pengasuh utama mereka selama masa kanak-kanak. Interaksi dan pengalaman awal yang dimiliki sejak dini akan membentuk bagaimana seseorang belajar membentuk hubungan.

Pengalaman negatif selama masa kanak-kanak yang mengakibatkan perasaan tidak aman, ketidakpercayaan, dan pengabaian nantinya dapat bermanifestasi sebagai keterikatan yang tidak aman. Contohnya termasuk melakukan semua yang menurut seseorang diinginkan pasangannya tanpa mempertimbangkan kebutuhannya sendiri karena takut pasangannya akan meninggalkannya.

Kenali Tandanya 

1. Ketidaknyamanan emosional yang intens memikirkan sendirian
2. Menjadi kodependen, yang mencakup meninggikan kebutuhan orang lain di atas diri sendiri
3. Harga diri rendah, rasa tidak aman atau kecemasan tentang harga diri mereka sendiri
takut ditinggalkan
4. Takut akan penolakan
5. Membutuhkan validasi dari orang lain daripada merasa aman dalam diri sendiri
6. Merasa tidak layak mendapatkan cinta dari orang lain, atau cinta diri
7. Menyimpan emosi negatif seperti kecemburuan dan ketidakpercayaan
8. Sangat sensitif terhadap orang lain dan emosi mereka

Contoh Anxious Attachment Style

1. Membutuhkan kepastian terus-menerus tentang apakah mereka menarik atau tidak bagi pasangannya
2. Kesulitan menetapkan batasan atau mengatakan "tidak" pada hal-hal yang sebenarnya tidak ingin dilakukan seseorang
3. Tidak putus dengan pasangan meskipun hubungannya tidak sehat

Begitu seseorang mengenali tanda-tanda gaya keterikatan cemas, mereka bisa mengubah pengalaman negatif menjadi pengalaman keterikatan korektif atau pengalaman emosional korektif.

Cara seseorang dapat melakukan ini adalah dengan mengakui rasa sakit dari pengalaman tersebut dan memperbaruinya dengan sesuatu yang positif. Memperbarui cara berpikir lama untuk cara berpikir baru, yang berpusat pada emosi positif, dapat membantu mengatasi keterikatan yang tidak aman.

Misalnya, pengalaman yang menyakitkan mungkin termasuk perasaan tidak layak mendapatkan cinta dari orang lain. Pengalaman keterikatan yang korektif adalah dengan mengingat saat-saat merasa layak mendapatkan cinta dari orang lain tetapi juga layak mendapatkan cinta dari diri sendiri.

Pilihan Editor: Studi: Henti Jantung Memicu Kecemasan Jangka Panjang pada Wanita

MEDICAL NEWS TODAY 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."