TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu agenda besar pada 2018 adalah Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada serentak di sejumlah daerah. Di Pilkada Jawa Timur misalnya, setidaknya ada tiga perempuan pesohor yang turut bertarung secara langsung, maupun menyokong suaminya. Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa, Puti Guntur Sukarno, dan Arumi Bachsin.
Khofiah Indar Parawansa menjadi calon gubernur Jawa Timur dan Puti Guntur Sukarno menjadi calon wakil gubernur Jawa Timur mendampingi calon gubernur Saefullah Yusuf. Sedangkan Arumi Bachsin mendampingi sang suami Emil Dardak yang mencalonkan diri sebagai wakil gubernur Jawa Timur, mendampingi Khofifah Indar Parawansa.
Untuk menggaet kantong suara yang berbasis agama, penggunaan atribusi keagamaan tak ketinggalan dalam Pilkada Jawa Timur. Masing-masing calon pasangan kepala daerah dan pendampingnya memiliki ciri khas dalam berbusana, terutama soal hijab. Khofifah yang konsisten dengan bentuk jilbab klasik, sementara Puti dan Arumi memakai kerudung.
Khofifah Indar Parawansa memilih kerudung bergaya sederhana. Dia menggunakan jenis kerudung berbentuk segi empat dengan hiasan berupa bros di bagian kiri. Pemilihan warnanya menyesuaikan dengan baju yang digunakan. Saat mendaftarkan diri sebaagi calon gubernur Jawa Timur ke KPU setempat, Khofifah memakai kerudung putih senada dengan kemeja yang digunakan. Kebanyakan kerudung yang digunakan tidak bermotif alias polos.
Sementara Puti Guntur Sukarno dan Arumi Bachsin menggunakan kerudung pada acara-acara tertentu. Model kerudung yang digunakannya pun sederhana, semacam selendang atau syal yang menutupi kepala dan rambut.
Dalam kesehariannya Puti Guntur Sukarno bergaya kasual. Jika menghadiri acara-acara tertentu, misalnya kunjungan ke daerah pemilihan, Puti memakai kerudung bergaya simpel. Pemilihan warna juga menyesuaikan dengan warna pakaian yang dikenakan.
Begitu juga Arumi Bachsin, menggunakan kerudung saat mendampingi kegiatan Emil Dardak sebagai Bupati Trenggalek atau ketika dia menghadiri acara sebagai istri bupati. Arumi sadar, menjadi istri bupati harus menjaga penampilan.
“Aku mencoba berpenampilan sebaik dan sesopan mungkin. Menghargai dan menghormati tempat di mana aku berada," ujarnya seperti dikutip dari Tabloid Bintang. "Karena menjadi kepala daerah bukan menjadi diri sendiri melainkan menjadi etalase dan ikon daerah tersebut."
NIA PRATIWI