Warga melintas memakai masker untuk melindungi diri dari debu, di Jalan Sudirman,Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2023. Akhir bulan Juli, polusi udara di langit Jakarta masuk dalam kategori terburuk di dunia. ANTARA/Reno Esnir

health

Ahli bagi Tips Mengatasi Polusi Udara, Batasi Aktivitas Fisik Berat di Luar Ruangan

Selasa, 15 Agustus 2023 12:30 WIB
Reporter : Cantika.com Editor : Ecka Pramita

CANTIKA.COM, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membantah bahwa polusi udara di Jakarta merupakan yang terburuk di dunia. Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Sigit Reliantoro mengatakan perlu ada perbandingan data untuk melihat indeks kualitas udara di Ibu Kota.

"Sebetulnya kalau diframing bahwa kita itu terkotor, tercemar di seluruh dunia nomor satu, itu yang perlu diluruskan. Kita belum melihat sumber info yang lain," kata dia dalam konferensi pers di KLHK, Jakarta Pusat pada Ahad, 13 Agustus 2023.

Ia pun merujuk pada situs aqcin.org. Dalam laman tersebut, tuturnya, tingkat polusi di Jakarta adalah 160. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan di Yangon Myanmar yaitu 211, Kopenhagen Denmark sebesar 500, dan Alaska di level 200.

Sigit menjelaskan latar belakang kualitas udara di perkotaan Indonesia, khususnya Jakarta terlihat buruk. Pasalnya, pengukurannya berada di kawasan yang terhalang gedung, sehingga terjadi perputaran angin yang terjebak di wilayah itu.

Ditambah karena efek kendaraan motor, ia mengatakan polusi tidak bisa bergerak ke mana-mana sehingga konsentrasi pencemaran bisa meningkat bahkan 10 kali dari kondisi yang ada. Menurutnya, hal itu yang sebetulnya membuat terjadi konsentrasi pencemaran yang tinggi di Jakarta atau karena fenomena street canyon.

Sementara itu, situs IQAir menilai kualitas udara Jakarta merupakan yang terburuk di dunia pagi ini per pukul 06.14. Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat 170 poin atau masuk kategori tidak sehat dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 93,2 mikrogram per meter kubik.

Imbauan Ahli untuk Pemerintah dan Masyarakat

<!--more-->

Lantas, tindakan apa yang bisa dilakukan terhadap masalah polusi udara di Jakarta. Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan setidaknya ada empat hal yang bisa dilakukan pemerintah.

Pertama, mengidentifikasi secara lebih jelas tentang apa saja yang menjadi penyebab polusi udara sekarang ini, dan bagaimana proporsi masing-masing, melakukan tindakan nyata di lapangan untuk mengatasi penyebab. Kemacetan lalu lintas tentu punya peran amat penting, dan perlu penangan segera.

"Pada waktu saya masih tinggal di New Delhi misalnya, bahkan pernah ada pembatasan kegiatan bangun gedung yang menimbulkan debu. Semua mobil harus diperiksa polusi knalpotnya, bahkan juga untuk mobil diplomat seperti yang saya pakai sehari-hari sebagai Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara. Tempat pemeriksaannya ada di berbagai pom bensin, jadi amat mudah," ucapnya melalui siaran pers, Senin, 14 Agustus 2023.

Selain itu, di New Delhi di berbagai perempatan besar (yang macet) di tempatkan pot-pot tanaman, bahkan dalam bentuk semacam dinding berdiri dengan berbagai pot. Juga, karena di New Delhi pada hari raya tertentu maka ada yang tinggi kejadian polusi udara karena mercon sepanjang hari dan malam maka pada hari raya tertentu dilarang penggunaan mercon.

"Jadi memang ada berbagai "terobosan" yang dapat dan perlu dilakukan. Juga sudah banyak dibicarakan tentang kemungkinan sebagian bekerja di rumah, juga ada pemikiran larangan membakar sampah terbuka di halaman rumah, serta tentu kalau sumber polusi dari propinsi sebelah maka di cari penyebab jelasnya dan di atasi langsung di sana," ungkapnya.

Kedua, perlu pula dilakukan surveilans yang baik untuk mengetahui pola gangguan kesehatan dari waktu ke waktu sejalan dengan peningkatan polusi udara. Di Australia misalnya, jelas ada data bahwa pada masa kebakaran semak-semak (bush fire) maka terjadi peningkatan angka masuk IGD akibat keluhan sesak napas di lokasi itu. Tentu perlu dilakukan pemantauan kesehatan dan penanganan gangguan kesehatan, baik jangka pendek maupun kemungkinan ada tidaknya dampak jangka panjang. Untuk itu pemantauan secara kohort perlu dilakukan.

Lalu untuk masyarakat, ada tiga hal yang perlu dilakukan masyarakat sehubungan dengan sedang tingginya kadar polutan di udara. Pertama, sedapat mungkin membatasi aktifitas fisik berat di daerah dimana polusi udara memang sedang tinggi, misalnya di jalan macet. Tentu hal ini tidak mudah dilakukan, tetapi setidaknya perlu jadi perhatian kalau dimungkinkan.

Ada juga pertanyaan tentang masker. Tentu masker tidak sepenuhnya dapat mencegah polutan udara masuk ke paru, tetapi setidaknya dapat membantu, selain juga mencegah penularan penyakit lain. Ada juga pertanyaan tentang alat air purifier, yang tentunya perlu bukti ilmiah yang valid dulu, juga akan tergantung dari seberapa besar polusi udara di dalam ruangannya, bagaimana ventilasi ruangan itu, sehingga jangan cepat mengambil kesimpulan sebelum ada data ilmiah yang jelas.

Bagi warga masyarakat yang punya penyakit kronik pernapasan maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, kalau memang selama ini ada obat yang harus rutin dikonsumsi maka ingatlah untuk mengkonsumsinya sesuai aturan yang ada, kalau kondisi memburuj dan ada nkeluhan tambahan (serangan asma misalnya) maka segera berkonsultasi ke petugas kesehatan, atau setidaknya gunakan obat yang memang sudah dianjurkan untuk mengatasi kondisi tersebut.

Dengan adanya polutan di udara maka jangan tambah polusi lain masuk ke paru dan saluran napas kita, seperti janganlah merokok dan jangan membakar, serta upayakan jangan melakukan kegiatan yang menambah polusi udara di sekitar kita.

Selain polusi udara di Jakarta ini, maka dengan fenomena El Nino maka juga ada potensi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Akan baik kalau dari sekarang maka hal ini perlu di lakukan antisipasi, bila mungkin sejak sekarang dicegah, dan atau dilakukan preparedness yang diperlukan.

Pilihan Editor: Polusi Udara Kian Meresahkan, Ini 10 Risiko Kesehatan Akibat Sering Terpapar

MUTIA YUANTISYA | DWI OKTAVIANE

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika