Puteri Pariwisata Indonesia 2019, Jesica Fitriana Martasari mengumumkan keikutsertaannya dalam ajang Miss Supranational di Polandia. TEMPO | Chitra Paramaesti

kecantikan

Puteri Pariwisata Bawa Budaya Batak di Miss Supranational 2019

Sabtu, 9 November 2019 07:00 WIB
Reporter : Tempo.co Editor : Silvy Riana Putri

CANTIKA.COM, Jakarta - Jesica Fitriana Martasari, Puteri Indonesia Pariwisata 2019, menjadi wakil Indonesia dalam Miss Supranational 2019. Kontes kecantikan dunia ini akan berlangsung pada 18 November hingga 6 Desember 2019 di Polandia. Perhelatan tersebut menjadi yang ketujuh kalinya Yayasan Puteri Indonesia mengirimkan delegasi untuk menjajal kemampuannya di kancah internasional.

Jesica akan mengenakan lima busana rancangan desainer ternama Indonesia. Salah satu busana yang dikenakan adalah buatan Jember Carvanal Festival, yang mengangkat tema wanita Batak. "Bangga banget bisa jadi perempuan Batak, ini tantangan baru buat aku," kata Jesica di Aula Sasono Wiwoho, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 5 November 2019.

Busana yang didominasi oleh warna hitam dan ulos merah, terlihat elegan dengan payet-payet yang dijahit di bagian pinggang Jesica. Perancang Intan Ayundavira mengatakan proses pembuatannya memakan waktu tiga bulan.

Dalam proses pembuatan busana tersebut, ternyata sempat ada perombakan besar ketika busana tersebut hampir jadi. Ayu menjelaskan, hal tersebut lantaran permintaan dari panitia penyelenggara untuk tidak membuat busana yang terlalu megah.

"Kalau kami, segala aksesori dan perlengkapan yang ada pasti dibawa pulang kembali. Tapi ternyata kalau peserta lain ada yang dibuang begitu saja di hotel dan itu jadi menyusahkan. Jadi tahun ini, mereka meminta untuk tidak membuat busana yang festive banget," ungkap Ayu.

Busana yang diilhami dari kekayaan budaya Batak dan Danau Toba ini, diberi nama Boru Niraja, yang artinya putri seorang raja. Dalam perancangan busananya pun, Jesica terlihat seperti bak warrior princess yang biasa tampil di film Hollywood.

Ayu menjelaskan, makna filosofis dari baju tersebut adalah ia ingin mengeluarkan aura kuat dari seorang wanita Batak. Menurut ia, seorang wanita Batak merupakan pekerja keras yang tetap feminin sekaligus menjadi ibu yang kuat di keluarganya.

CHITRA PARAMAESTI