Psikolog Ungkap Alasan Remaja Rentan Jadi Pelaku Cyber Bullying

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi bullying. shutterstock.com

Ilustrasi bullying. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Adyla Rafa Naura Ayu atau Naura mengalami perisakan di dunia maya atau cyber bullying. Remaja berusia 15 tahun itu dihujat oleh orang-orang yang tak menyukainya, tanpa diketahui alasannya di grup obrolan aplikasi Whatsapp. Melihat hal itu, Nola Be3 dan Baldy Mulya Putra sebagai orang tua tak tinggal diam.

Nola Be3 mengungkapkan kekesalannya lewat unggahan Instagram Stories The Baldys, akun resmi keluarganya pada Senin, 3 Agustus 2020. "Ada apa dengan kalian?? Bikin grup cuma untuk hujat anak kami? Anak saya salah apa ya? Inget yaa jejak kalian bisa dilacak, dan kami kumpulkan bukti tulisan kalian," tulisnya

Menurut Nola Be3 dan Baldy, mereka sudah lama menahan diri saat anaknya menjadi korban perisakan. "Sebenarnya sudah cukup lama menahan dan menyimpan bukti-bukti hujatan untuk anak kami, tulisan-tulisan mereka yang sangat menyakiti. Kami berharap anak-anak itu dan group WA lainnya berhenti menghujat dan menyakiti perasaan kami. Orang tua mana sih yang bisa tahan kalau anaknya dihujat terus?" jelasnya.

Menanggapi kondisi di atas, psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum berpendapat ada sebagian remaja yang tidak mampu atau tidak memiliki skill untuk menjalani masa peralihan untuk mengenal dirinya lebih mendalam. Beberapa di antara mereka merasa kebingungan dan melakukan kenakalan remaja. Kenakalan tersebut mulai dari kenakalan ringan hingga kriminal, termasuk cyber bullying.

Nola B3 dan putrinya Naura. Instagram NolaBaldy

"Skill yang dibutuhkan remaja agar tidak terjebak dalam cyber bullying baik sebagai pelaku maupun korban, beberapa di antaranya adalah kemampuan kontrol diri, kemampuan komunikasi, kemampuan adaptasi, kemampuan problem solving. Kemampuan kemampuan ini perlu dilatihkan pada remaja," ucapnya kepada Tempo.co pada Rabu, 5 Agustus 2020.

Menurut penelitian, remaja yang jadi pelaku cyber bullying erat kaitannya dengan pola keluarga yang kurang atau tidak harmonis, misalnya komunikasi yang terhambat, disiplin terlalu keras, tuntutan besar atau harapan yang terlalu tinggi pada anak dan pengabaian. Perilaku tersebut terkait dengan beberapa hal, di antaranya kebutuhan untuk diakui, kebutuhan untuk diterima sebagai bagian dari lingkungan.

Perilaku itu juga dapat disebabkan karena adanya dendam dan iri. "Dendam pada seseorang, misalnya masalah percintaan remaja atau iri pada orang lain yang memiliki sesuatu hal yang lebih baik, misalnya lebih pintar, lebih disayang guru, lebih cantik, dan sebagainya," ungkap psikolog dan konselor Pro Help Center ini.

Menurut Nuzulia, pengarahan dan pendampingan konsisten berperan penting dalam masa remaja. "Pendampingan bukan hanya pada si anak, tetapi juga pada keluarga dan lingkungannya. Perlu kerja sama antara keluarga, sekolah dan masyarakat," pungkasnya.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."