Cegah Diare, Hindari Makanan dan Minuman Ini saat Sahur

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi diare. lifeworkswellnesscenter.com

Ilustrasi diare. lifeworkswellnesscenter.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Diare saat puasa besar kemungkinan disebabkan dari pola makan yang tidak tepat saat sahur dan buka puasa. Selain itu, bisa jadi dipicu berkurangnya kemampuan usus untuk bekerja mencerna makanan karena Anda sedang berpuasa.

 
Biasanya diare ditandai dengan buang air secara terus menerus. Sebenarnya, diare bisa muncul setelah berbuka puasa, pada malam hari, atau saat sahur. Namun, pada beberapa kondisi tertentu, diare bisa muncul saat Anda tengah menjalani puasa.
 

Berikut sejumlah pemicu yang menyebabkan diare saat puasa

1. Sering makan pedas saat sahur dan berbuka puasa
 
Salah satu penyebab diare saat puasa adalah sering makan pedas saat sahur dan berbuka puasa. Makan makanan pedas memang nikmat dan meningkatkan nafsu makan. Tetapi pada beberapa orang, terlalu banyak makan pedas, terutama saat bulan puasa bisa berisiko memicu beberapa gangguan pencernaan, seperti diare.

Kandungan capsaicin yang berasal dari lada dan cabai dapat mengiritasi usus kecil sehingga menimbulkan perut mulas dan anus terasa panas seperti terbakar.

Capsaicin juga dapat mengaktifkan reseptor tubuh sehingga menyebabkan makanan bergerak ke usus besar lebih cepat. Kondisi tersebut yang bisa mengakibatkan Anda jadi sering bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air.

2. Terlalu banyak menyantap makanan berlemak dan berminyak

Makanan yang berminyak memiliki kandungan lemak yang tinggi. Ketika Anda menyantap makanan berlemak dan berminyak saat sahur dan buka puasa, perut menjadi lebih lamban dalam mencerna atau mengosongkan makanan dari lambung Anda.

Akibatnya, tidak jarang Anda mengalami mual, muntah, dan sakit perut.

Pada beberapa orang dengan riwayat gangguan pencernaan tertentu, seperti irritable bowel syndrome (IBS), penyakit Celiac, penyakit Crohn, mengonsumsi makanan berlemak dan berminyak bisa memicu sakit perut hingga diare.

3. Makan makanan yang berbumbu tajam

Mengonsumsi makanan yang berbumbu tajam, seperti mengandung banyak rempah dan santan berisiko memicu diare saat puasa.

Bagi Anda yang memiliki riwayat gangguan pencernaan, sebaiknya hindari makanan berbumbu tajam, seperti rendang, gulai, dan opor, saat sahur ataupun berbuka puasa agar terhindar dari masalah diare.

4. Minum minuman berkafein terlalu banyak

Diare saat puasa bisa terjadi karena sistem pencernaan bekerja terlalu berat dalam menyerap air dan garam. Ada berbagai penyebab yang dapat memicu kondisi ini, termasuk minuman yang mengandung kafein, seperti teh, kopi, atau minuman bersoda.

Jika terlalu banyak konsumsi minuman berkafein saat sahur dan berbuka puasa, maka bukan tidak mungkin Anda dapat mengalami diare saat puasa.

5. Mengidap intoleransi laktosa

Jika sering diare atau diare lebih parah, termasuk saat puasa, setelah minum susu atau mengonsumsi produk olahan susu, bisa jadi Anda mengidap intoleransi laktosa. Laktosa adalah gula yang terkandung dalam susu dan produk olahan susu lainnya, seperti yogurt dan keju.

Kondisi intoleransi laktosa dapat meningkat seiring bertambahnya usia karena menurunnya kadar enzim yang berfungsi mencerna laktosa.

Lantas saat mengalami diare, haruskah membatalkan puasa? Sebenarnya, hal ini bergantung pada tingkat keparahan diare yang dialami.  Apabila diare saat puasa yang dialami tergolong ringan, tidak memengaruhi aktivitas puasa, dan tidak terlalu menyebabkan kelelahan atau dehidrasi, maka dianjurkan tidak membatalkan puasa. 

Namun, jika diare saat puasa yang dialami terbilang berat. Bahkan, Anda sampai merasa sangat kelelahan karena tubuh Anda kehilangan cairan, maka Anda harus menyegerakan berbuka puasa. Sebab jika tidak, kondisi tersebut dapat berakibat fatal. 

Bila ragu ingin membatalkan puasa atau tidak saat mengalami diare, Anda juga bisa menanyakannya pada seseorang yang lebih ahli dalam agama.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."