Dokter Bagi 5 Tips Pola Makan Sehat untuk Anak Belajar Puasa

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak kecil berpuasa. parenthub.com.au

Ilustrasi anak kecil berpuasa. parenthub.com.au

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Sejumlah orang tua sudah membiasakan sedari dini anak mereka menjalani ibadah puasa Ramadan. Namun, sebetulnya kapan usia yang tepat anak belajar puasa?

Menurut Dokter spesialis anak Meta Hanindita dari penjabaran berbagai penelitian disebutkan puasa bermanfaat baik untuk anak selama dalam keadaan sehat dan nutrisi terpenuhi.

Mengutip Jurnal NHS dari Inggris dipaparkan bahwa anak di bawah usia 7 tahun tidak harus berpuasa, namun bisa dilatih puasa secara bertahap tidak langsung harus setengah hari. Sebaiknya dimulai secara bertahap dari 4 jam, 6 jam, dan proses itu pun jangan dipaksa.

Oleh karena itu, Meta menyarankan orang tua mengenalkan puasa pada anak sesuai perkembangan mereka. "Orang tua perlu mengenalkan dulu konsepnya jangan langsung ambisius, harus disesuaikan dengan kemampuan anak juga," ucap Meta dalam Live Instagram The Asian Parents, Selasa 21 April 2020.

Berikut tips dari dokter Meta untuk orang tua saat mengatur pola makan sehat selama anak belajar puasa

1. Pastikan anak sehat

Sebaiknya anak yang akan dilatih puasa ialah anak yang sehat. Sebab terkadang ada kekhawatiran pada anak yang kurang nafsu makan, sebaiknya dicari tahu dulu apakah ada masalah dengan gizinya.

2. Nutrisi harus cukup

Nutrisi anak harus dicukupi baik makronutrien dan mikronutrien yang terkandung dalam menu sehat yang seimbang. Pertimbangkan variasi, rasa, dan tekstur. Selain itu, ada unsur karbohidrat, lemak, sayur, dan buah yang porsinya lebih banyak dari saat mereka masih di tahap Makanan Pendukung Air Susu Ibu atau MPASI.

3. Hidrasi

Pemenuhan hidrasi atau cairan pada anak disesuaikan dengan usia dan berat badan, secara garis besar perbanyak cairan dengan air putih. Untuk anak usia 10 tahun sama kebutuhan cairannya dengan orang dewasa, yaitu sebanyak 8 gelas per hari, bisa didapatkan dari minum air putih, sayuran berkuah, dan buah.

4. Tetap ada camilan

Menurut Meta menyiapkan camilan cukup menantang karena biasanya tiga kali makan utama dan dua kali camilan. Saat berpuasa menjadi dua kali makan utama dan satu kali hidangan berbuka puasa.

"Jadi harus pintar mengatur agar makanan yang disantap anak berkualitas tinggi, kemudian pada saat takjil setelah anak berbuka bisa ditambah camilan lagi," ucapnya.

Meta juga menyarankan menghindari camilan yang digoreng deep fried atau goreng rendam, cokelat, permen, kopi, soda atau es teh manis. Sebab, contohnya es teh manis saat berbuka bisa menyerap zat besi yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Selain itu, juga bisa memicu dehidrasi karena terlalu sering buang air kecil.

5. Komposisi menu sehat sahur dan berbuka

Meta menyarankan mengonsumsi makanan dengan indeks glikemik yang tinggi saat berbuka puasa, contohnya semangka atau kentang. Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan.

Sementara untuk santap sahur bisa disiapkan makanan dengan kadar glikemik rendah, misalnya beras merah, oatmeal, sayur, hingga susu. Selipkan pula makanan favorit anak agar menambah semangatnya.

Meta juga menganjurkan saat sudah memenuhi kebutuhan makronutrien dan mikronutrien, termasuk vitamin dan mineral, tak perlu tambahan suplemen.

"Kebutuhan gizi bisa didapat dengan memberikan makanan seimbang dan aktivitas fisik yang sesuai usia. Kebutuhan vitamin anak terdapat dari makanan alami terutama buah yang warna kuning atau oranye," saran Meta.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."