Makanan Sehat Tak Perlu Mahal, Ini Contohnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi wanita makan buah dan sayur. shutterstock.com

Ilustrasi wanita makan buah dan sayur. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Siapa bilang makanan sehat itu harus mahal? Banyak sayuran murah meriah yang bernilai gizi tinggi untuk tubuh.

Ahli gizi asal California, Amerika Serikat, yang menulis buku The Veggie Queen, Jill Nussinow, menjelaskan sayuran kaya serat, vitamin, serta mineral efektif mencegah berbagai penyakit kelas berat, seperti diabetes, jantung, hingga kanker. Berikut sayuran murah dengan manfaat tinggi.

Artikel lain:
4 Makanan yang Oke Disantap kala Perut Kosong
4 Makanan Alami yang Ampuh Mengatasi Keracunan Makanan

#Bayam
Sayur murah meriah ini salah satu makanan paling kaya nutrisi. Nussinow menyebut sayur kegemaran tokoh kartun Popeye ini kaya asam folat, kalsium, zat besi, kalium, magnesium serta vitamin A, C, dan K.
“Bayam banyak mengandung kuersetin, yakni jenis antioksidan kuat dan betakaroten yang membantu menangkal infeksi, peradangan, serta penuaan. Mengonsumsi bayam dapat mengurangi risiko diabetes dan kanker karena juga mengandung sulforafan,” katanya.

#Kubis
Di balik kelezatan kubis, tersimpan asam folat, kalium, magnesium, vitamin A, C, dan K  serta fitonutrien yang berfungsi melawan radikal bebas serta peradangan. “Mengonsumsi kubis baik untuk memelihara kesehatan mata dan tulang. Selain itu, ada zat sulforafan untuk menangkal sel-sel kanker,” kata Nussinow.

Ilustrasi kubis. Tabloidbintang

#Jamur
Ahli gizi sekaligus penulis buku Food Sanity: How to Eat in a World of Fads and Fiction, David Friedman, merekomendasikan jamur sebagai salah satu makanan yang wajib disantap. Jamur kaya serat, kalium, vitamin C, dan D yang baik untuk kesehatan tulang serta kekebalan tubuh.

“Jamur juga cocok untuk yang sedang berdiet karena mengandung sedikit kalori dan lemak. Selain itu, kandungan betaglukan dan kitin pada jamur mampu menurunkan kadar kolestrol sekaligus meningkatkan rasa kenyang,” urainya.

#Brokoli
Untuk mendapatkan vitamin C, biasanya orang mengonsumsi jeruk. Jika khawatir dengan lonjakan gula darah usai makan jeruk, Anda bisa beralih ke brokoli. Satu mangkuk brokoli mampu memenuhi jumlah asupan vitamin C per hari.

“Selain itu, brokoli kaya vitamin K dan membantu menurunkan risiko penyakit kardiovaskular,” kata Friedman.

Daun Kelor. Tokopedia

#Daun kelor
Daun yang dianggap mistis oleh sebagian masyarakat Indonesia ini ternyata tinggi kalsium, protein, kalium, vitamin A, C, dan E yang baik untuk kesehatan mata, tulang, serta mencegah kerusakan pembuluh darah pada pasien diabetes. Daun kelor juga kaya antioksidan serta polifenol yang dikenal sebagai pelindung lever.  

#Wortel
Friedman menjelaskan setiap 100 gram wortel menyediakan kebutuhan vitamin A empat kali lipat dari nilai kecukupan harian. “Tak hanya vitamin A, wortel mengandung kalium, serat plus vitamin B1, B2, B3, B6, C, dan K. Kandungan betakaroten yang tinggi pada wortel berfungsi sebagai antioksidan yang efektif memperlambat penuaan sel,” papar Friedman. 

Ilustrasi seledri (Wikipedia)

#Seledri
Seledri yang biasanya digunakan sebagai pelengkap hidangan memiliki manfaat luar biasa untuk tubuh. Friedman menyebut seledri sumber polisakarida dan antioksidan. Keduanya berfungsi menangkal radikal bebas dan mengurangi peradangan. Seledri tidak mengandung lemak namun banyak serat, juga mengandung vitamin A,C, K, dan folat. Mengonsumsi seledri dapat mengurangi risiko penyakit jantung, radang sendi, dan kanker. 

#Selada
Selada kaya mineral, kalsium, folat, betakaroten, dan vitamin K. Pada setiap jenis selada, jumlah nilai gizinya berbeda. Nilai gizi selada akan meningkat ketika warna hijau daunnya semakin gelap.

“Saya menyarankan untuk mengonsumsi selada romaine atau selada cos karena nilai gizinya lebih banyak dibandingkan selada jenis lain,” ujar Friedman. Harga selada cos berkisar 7 sampai 20 ribu rupiah.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."