Pelukan Mampu Usir Stres, Baik untuk Kesehatan Mental dan Fisik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Selena Gomez memeluk seorang pasien anak di RS Cook Children's, di Fort Worth, Texas. Di malam Natal, Selena berbagi kebahagiaan dengan menghibur sejumlah anak yang harus dirawat saat Natal. Instagram.com

Selena Gomez memeluk seorang pasien anak di RS Cook Children's, di Fort Worth, Texas. Di malam Natal, Selena berbagi kebahagiaan dengan menghibur sejumlah anak yang harus dirawat saat Natal. Instagram.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog dan penulis buku The Hug Therapy, Melly Puspita Sari, mengatakan bahwa pelukan dapat menurunkan kadar hormon stres atau kortisol sekaligus meningkatkan hormon oksitosin yang mampu memberikan perasaan tenang. Bahkan, ketika seorang yang sedang dalam kondisi tubuh tidak sehat kemudian mendapatkan pelukan, kekebalan tubuhnya akan meningkat.

“Semakin sering dipeluk akan semakin sehat seseorang, baik secara mental maupun fisik,” ujarnya.

Artikel lain:
Ayah, Bunda, Peluk Bayi Saat Dia Menangis
Awas, Kata Ahli Stres Bisa Menular

Dalam sebuah penelitian yang dipimpin psikolog Karen Grewen kepada 38 pasangan, ditemukan bahwa pasangan yang berpelukan selama 20 detik, dapat menurunkan kadar kortisol dan meningkatkan hormon oksitosin.

Oleh karena itulah, pelukan sangat penting dalam menjaga keharmonisan hubungan suami istri di dalam rumah tangga sebab, meskipun hanya berupa sentuhan sederhana, tetapi dampak yang didapatkan begitu besar.

“Pelukan itu memberi kenyamanan psikologis dan memberi perasaan tenang dan perasaan disayang sekaligus mengurangi racun yang menyempit di otak. Pelukan sederhana mampu menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres,” tuturnya.

Baca juga:
Ciri Orang Stres di Tempat Kerja, Ada 2 Jenisnya
5 Perubahan yang Menandakan Kamu Stres dengan Pekerjaan

Tidak hanya kepada pasangan, pelukan yang diberikan kepada anak juga memiliki banyak manfaat. Anak yang sering mendapatkan pelukan dari orang tua dan anggota keluarga lain akan membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati tinggi serta cerdas, baik secara akademik maupun emosional.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."