Perempuan Tulen yang Tidak Bisa Haid, Namanya Agenesis Vagina

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi nyeri haid. shutterstock.com

Ilustrasi nyeri haid. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menstruasi atau haid adalah siklus hormonal yang dialami oleh perempuan. Namun ada sejumlah perempuan tulen yang tidak mengalami siklus bulanan ini. Namanya agenesis vagina yang berarti yakni kelainan bawaan karena organ reproduksi perempuan tidak berkembang sebagaimana mestinya.

Baca juga:
Anak Perempuan Sekarang Dapat Haid Lebih Awal, Kenapa?
Dilarang Minum Es Saat Menstruasi dan Penjelasan 3 Mitos Lainnya

Konsultan Subspesialis Uroginekologi dari Rumah Sakit YPK Mandiri Jakarta, dr. H. M. Syah Nadir Chan, SpOG(K) mengatakan kasus agenesis vagina sangat jarang terjadi. "Jumlah perempuan dengan agenesis vagina hanya 3 persen dari total populasi perempuan di seluruh dunia," katanya.

Sampai sekarang belum diketahui apa penyebab agenesis vagina. Kelainan ini tidak memiliki gejala spesifik seperti penyakit menular pada umumnya. "Gejalanya tidak bisa haid," ucap Syah Nadir. Setiap perempuan berusia 9 sampai 12 tahun semestinya sudah haid.

Kalau tidak haid, maka patut dicurigai dan mesti diperiksa. Pada kasus agenesis vagina, perempuan itu hanya memiliki saluran kencing tapi tidak punya vagina, rahim, dan pintu rahim. "Banyak perempuan yang tidak menyadari kalau ia tidak punya vagina karena tampilan luar organ intimnya tampak wajar," ujar Syah Nadir.

Agenesis vagina terbilang kasus langka. Informasi yang jernih terkait kasus ini jarang diketahui khalayak. Akibatnya, perempuan yang mengidap agenesis vagina sering dituding bukan perempuan tulen. "Yang namanya tidak punya vagina otomatis tak bisa punya anak," kata Syah Nadir. "Tampak luar memang dia tetap punya organ intim, hanya di dalamnya bermasalah. Vagina bisa dibuat tapi rahim belum bisa."

Artikel lainnya:
Siklus Menstruasi dan Gejala Haid yang Tidak Normal

Menurut Syah Nadir, saat ini para ahli masih meneliti dan menjajaki kemungkinan transplantasi rahim menggunakan rahim orang lain. Hanya saja, kemajuan penelitian ini masih jauh dari harapan. Secara genetik, penderita agenesis vagina adalah perempuan tulen. Meski tak punya vagina, organ kewanitaan lainnya seperti payudara, tetap ada.

Selain agenesis vagina, ada pula perempuan yang menstruasinya terhenti karena mengalami keguguran kemudian menjalani kuretase. Kuretase yang tidak tuntas menimbulkan banyak efek samping antara lain perdarahan, tembusnya dinding rahim, atau perlekatan dinding rahim.

"Kalau dua atau tiga bulan setelah kuretase tidak bisa haid sama sekali, tandanya harus waspada. Itu artinya kedua dinding rahim melekat seluruhnya," kata Syah Nadir. "Kalau melekatnya sebagian masih bisa haid tapi darah haidnya tidak keluar sehingga membuat nyeri yang hebat."

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."