Ilustrasi otak. medicalnews.com

health

Yang Terjadi pada Otak saat Putus Cinta, Amigdala Aktif hingga Korteks Prefrontal Menurun

Kamis, 21 Desember 2023 18:00 WIB
Reporter : Cantika.com Editor : Silvy Riana Putri

CANTIKA.COM, Jakarta - Selain sakit hati, menarik juga untuk dikulik bagaimana perilaku kita berubah dalam beberapa minggu, bulan, dan terkadang tahun setelah putus cinta. Mengapa Anda secara impulsif memutuskan untuk mewarnai rambut Anda menjadi merah atau menghalangi mantan. Ternyata itu semua ada kaitannya dengan otak menurut ahli neuropsikologi dr. Aldrich Chan. Berikut empat hal yang terjadi pada otak saat putus cinta.

1. Amigdala Aktif

Putus cinta bisa memicu lonjakan aktivitas di amigdala, yaitu bagian otak yang mengatur emosi dan menempelkan emosi tersebut ke ingatan. Hal ini tidak hanya membuat rasa sakit karena putus cinta (kesedihan, kekecewaan, kemarahan) terasa lebih hebat dari biasanya, namun juga memicu respons melawan-atau-lari tubuh Anda.

Jadi, saat putus cinta, amigdala adalah bagian otak yang paling aktif. Amigdala merasakan Anda dalam bahaya dan mengeluarkan hormon stres, sama seperti jika Anda dikejar oleh sesuatu yang prasejarah.

2. Penurunan Korteks Prefrontal

Bagian korteks prefrontal, yang penting untuk pengambilan keputusan dan pemikiran rasional, mengalami penurunan aktivitas saat putus cinta, menurut dr. Chan.

“Hal ini menyulitkan kita untuk berpikir jernih dan mengambil keputusan yang tepat," jelasnya dikutip dari Purewow, 15 Desember 2023.

Dengan kata lain, akibat ledakan kejutan dan emosi, otak Anda kemungkinan besar akan mengalami penurunan aktivitas di area yang memahami logika.

Hal ini masuk akal, karena perpisahan sering kali terasa tidak logis—korteks prefrontal tidak dapat memahami apa yang terjadi, sehingga ia tidak akan berperan penting sampai tingkat stres Anda turun.

Namun, pada saat yang sama, penurunan tersebut membuat Anda sulit mengatur emosi. Bagi sebagian orang, ini bisa berarti ketidakmampuan untuk memilah-milah (menangis di antara rapat Zoom saat mencoba bekerja). Bagi yang lain, hal ini dapat menyebabkan pengambilan keputusan impulsif.

Pernah bertanya-tanya mengapa orang pindah ke Eropa atau membeli tas Chanel melampaui kemampuannya? Ya, itu karena penurunan kemampuan korteks prefrontal.

3. Tingkat Hormon Berubah

Seperti disebutkan di atas, tubuh Anda melepaskan sejumlah bahan kimia saat merasakan bahaya.

“Hormon seperti dopamin, oksitosin, dan kortisol dapat mengalami perubahan signifikan. Kadar dopamin cenderung menurun, mengakibatkan menurunnya perasaan senang dan senang (yang kemudian dapat menyebabkan depresi dan kesedihan). Tingkat oksitosin juga dapat menurun, menyebabkan perasaan kesepian, karena hormon ini dikaitkan dengan ikatan sosial dan keterikatan," ucap dr. Chan.

Sebaliknya, kadar kortisol mungkin meningkat, yang menurut Dr. Chan dapat menyebabkan meningkatnya kecemasan dan kesulitan menghadapi perpisahan.

“Hal ini dapat memengaruhi perilaku dan suasana hati seseorang saat putus cinta, sering kali menyebabkan gejala seperti penarikan diri.” Memang, kecanduan sebenarnya adalah tema utama dalam hal putus cinta.

4. Dapat Menimbulkan Perilaku Adiktif

Dalam sebuah penelitian tahun 2011 yang diterbitkan dalam Journal of Neurophysiology,15 orang yang belum melupakan perpisahan mereka diperiksa dengan MRI. Pemindaian menunjukkan bahwa bagian otak yang berhubungan dengan nafsu makan dan kecanduan—seringkali dikaitkan dengan kokain dan nikotin—bersinar seperti pohon Natal.

Menurut dr. Chan, temuan tersebut menunjukkan bahwa otak kita mungkin memproses perpisahan dengan cara yang menyerupai penarikan diri dari kecanduan. Perpisahan bisa menjadi tantangan emosional, yang dapat menimbulkan berbagai respons psikologis dan fisiologis.

Emosi dan hasrat yang kuat yang dipicu oleh putusnya hubungan mungkin mirip dengan gejala penarikan diri yang dialami oleh individu yang mencoba mengatasi kecanduan. Hal ini juga bisa disebabkan oleh keterikatan yang kuat dan ikatan emosional yang berkembang dalam hubungan romantis. Hal ini menciptakan rasa ketergantungan yang membuat akhir hubungan terasa seperti penarikan diri dari suatu zat atau perilaku adiktif.

Waktu yang dibutuhkan otak untuk pulih dari putus cinta bisa berbeda-beda pada setiap orang. “Beberapa faktor dapat memengaruhi proses ini, termasuk durasi dan intensitas hubungan, gaya keterikatan individu, sistem dukungan, dan mekanisme penanggulangannya," jelas dr. Chan.

<!--more-->

Proses Putus Cinta dari Segi Kinerja Otak

Pengalaman putus cinta setiap orang adalah unik, dan jangka waktu pemulihan emosional bisa sangat bervariasi. Orang juga dapat berpindah-pindah tahapan, dan intensitas serta durasi setiap tahapan dapat berbeda. Namun, Dr. Chan mengatakan berikut gambaran putus cinta pada umumnya terlihat seperti ini:

1. Syok dan Penyangkalan (Hari 1-7)

Otak pada awalnya mungkin mengalami syok, menyebabkan amigdala melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Perubahan status hubungan yang tiba-tiba juga akan memicu respons melawan-atau-lari di otak, sehingga meningkatkan emosi Anda.

2. Emosi dan Duka yang Intens (Minggu 2-4)

Saat kenyataan perpisahan mulai terjadi, otak mengalami lebih sedikit aktivitas di korteks prefrontal. Hal ini, ditambah dengan perubahan tingkat neurotransmitter (serotonin, dopamin), membuat sulit berpikir rasional dan mengatur emosi. Kemungkinan besar Anda akan merasa reaktif atau impulsif selama fase ini.

3. Penerimaan dan Pemahaman (Minggu 5-8)

Otak mulai memproses putus cinta secara logis, mendapatkan kembali momentum di korteks prefrontal untuk melihat situasi dengan jelas. Hormon stres dan tingkat neurotransmitter juga mulai kembali normal dan amigdala menjadi kurang aktif dalam mendeteksi bahaya.

4. Membangun Kembali Identitas (Bulan 2-3)

Ini fase Anda belajar bahwa penerimaan memberikan kesempatan untuk refleksi diri. Dengan kembalinya aktivitas yang lebih mengutamakan logika daripada emosi, otak kini dapat menentukan cara untuk melanjutkan. Inilah saatnya Anda dapat mulai membangun kembali rasa diri dan identitas Anda di luar hubungan.

5. Pemulihan dan Reinvestasi (Bulan 4-6)

Otak sudah mulai menyesuaikan diri dengan realitas barunya, dan ada pergeseran ke arah berpikir positif. Di fase ini, Anda mulai menikmati saat melakukan aktivitas yang membuat Anda bahagia. Anda juga bisa mulai membayangkan seperti apa rasanya bahagia di dalam (atau di luar) suatu hubungan.

6. Integrasi dan Bergerak Maju (Bulan 6 dan seterusnya)

Seiring waktu, otak mengintegrasikan pengalaman ini ke dalam pemahaman keseluruhan tentang kehidupan. Kenangan tentang hubungan tersebut mungkin masih ada, namun muatan emosionalnya berkurang, sehingga memungkinkan pola pikir yang lebih fokus ke depan.

Pilihan Editor: 5 Jenis Olahraga untuk Meningkatkan Kesehatan Otak, dari Zumba hingga Jalan Cepat

PUREWOW

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika