Ilustrasi otak. medicalnews.com

kesehatan

Penyakit Obesitas Hingga Darah Tinggi Bisa Picu Pendarahan Otak

Minggu, 26 September 2021 15:51 WIB
Reporter : Antara Editor : Mitra Tarigan

CANTIKA.COM, Jakarta - Dokter Spesialis bedah Saraf Subrady Leo Soetjipto Soepodo menjelaskan beberapa penyebab yang patut diwaspadai karena bisa menjadi indikasi terjadinya pendarahan otak. Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf Indonesia itu menuturkan pendarahan otak pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, kecuali pada seseorang yang mengalami kecelakaan.

Penyebab pecah pembuluh darah antara lain ada kelainan di pembuluh darah seperti pembuluh darah keras atau aterosklerotik, pembuluh darah melebar atau aneurima, pembuluh darah yang bocor atau fistula. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya faktor risiko penyakit seperti darah tinggi, obesitas, kolesterol, diabetes melitus, asam urat, dan stroke. Penyakit-penyakit tersebut jika tidak dikontrol secara rutin akan berakibat fatal yang berujung pada pendarahan pada otak.

Konsumsi obat-obatan psikotropika atau obat-obatan pengencer darah juga dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berujung pada pendarahan pada otak. Selain itu, faktor risiko umur juga menjadi salah satu pemicu. “Kondisi tubuh seseorang yang lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh dibandingkan pada usia muda,” katanya.

Pada dasarnya, setiap orang dapat melakukan pemindaian awal potensi penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah yang paling mudah yaitu mengecek tekanan darah melalui alat pengukur tekanan darah sesaat setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas. “Bangun tidur sebelum beraktivitas adalah waktu yang paling tepat untuk menunjukkan tekanan darah dibandingkan setelah beraktivitas."

Walaupun pendarahan terjadi di otak, namun masyarakat perlu memahami bahwa pemicu pendarahan di otak bisa berasal dari penyempitan atau pecahnya pembuluh darah di bagian tubuh lainnya seperti jantung, lengan, kaki, atau bagian tubuh lain. Untuk memastikan terjadinya gangguan otak akibat pecah pembuluh darah, pemeriksaan imaging standar emas yang bisa dilakukan adalah CT Scan Otak, DSA, dan MRA.

Untuk menyelamatkan nyawa seseorang yang mengalami pendarahan pada otak, seorang dokter harus mengontrol kembali tekanan darah dan menyelamatkan organ yang ada di dalam tubuh seseorang. “Kami memastikan agar pendarahan yang terjadi pada pasien dapat berhenti atau membeku agar tidak terjadi pendarahan besar."

Waktu atau durasi kesembuhan seseorang pasca pendarahan otak bervariasi, bergantung dari jumlah jaringan otak dapat diselamatkan. Pasien yang telah selesai dirawat di rumah sakit harus tetap melakukan rehabilitasi. Proses penyembuhan bersifat bertahap dan tahapan penyembuhan antar pasien pun berbeda-beda bergantung dari organ tubuh yang mengalami gagal fungsi dan kondisi orang tersebut.

“Rehabilitasi bisa dilakukan mulai dari pemulihan kemampuan orang mengunyah, menelan, berjalan, berbicara, dan berbagai tahapan rehabilitasi lainnya. Bahkan, agar seseorang dapat kembali bekerja, pasien sebaiknya dapat berkonsultasi dengan dokter okupasi untuk mengetahui tahapan pemulihan yang tepat agar dapat kembali bekerja."

Pada dasarnya, pendarahan pada otak dapat dicegah dengan cara mencegah faktor risiko dan memeriksakan diri ke rumah sakit.

Beberapa pesohor tercatat pernah mengalami pendarahan otak, yang terbaru adalah komedian sekaligus pembawa acara Tukul Arwana yang kini dirawat di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON), Cawang, Jakarta Timur. Meski demikian kondisi Tukul saat dikabarkan terus berangsur pulih setelah sempat menjalani operasi pada 22 September 2021. Komedian berusia 57 tahun itu dilarikan ke rumah sakit pada Rabu 22 September 2021, dia lantas menjalani operasi di bagian kepala pada hari yang sama.

Baca: Tukul Arwana Pendarahan Otak, Kenali Gejala dan Penyebabnya