Gati Wibawaningsih, Direktorat Jenderal (Dirjen) Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Republik Indonesia saat ditemui di konfrerensi pers Entrepreneurs Organization Womenpreneur Award (EOWA) 2020 di Gedung Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu 4 Desember 2019. TEMPO/Silvy Riana Putri

karir

Dirjen IKM dan Aneka Ungkap Tantangan Minimnya Mental Pengusaha

Rabu, 4 Desember 2019 16:35 WIB
Reporter : Cantika.com Editor : Silvy Riana Putri

CANTIKA.COM, Jakarta - Perempuan Indonesia memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berkaca dari data jumlah pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) yang mencapai 4,4 juta, hampir 50 persennya adalah perempuan pengusaha. Kebanyakan dari mereka bergerak di bidang komoditi makanan dan minuman dengan persentase jumlah mencapai 90 persen.

Cuplikan data di atas dijabarkan oleh Gati Wibawaningsih Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Kecil, Menengah, dan Aneka saat ditemui di konferensi pers Entrepreneurs Organization Womenpreneur Awards (EOWA) 2020 di Kantor Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Ia juga membagikan sejumlah pengalaman peserta pelatihan IKM di beberapa wilayah seperti Medan, Palembang, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Makassar hampir 90 persen diikuti oleh perempuan.

Dari kilasan data tersebut sepertinya minat bukan menjadi tantangan dalam mengembangkan industri IKM dan Aneka di Indonesia. Lalu, apa tantangan yang paling mendasar?

“Tantangan adalah komitmen mereka. Kadang-kadang si pelaku IKM itu sudah dilatih, seminggu dilatih, sebulan ditinggalin. Balik lagi, begitu seterusnya,” kata Gati saat ditemui di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Rabu 4 Desember 2019.

Ia menjelaskan lebih lanjut, “Jadi, ke depannya, pelatihan itu harus kita lakukan mulai dari memberikan motivasi kepada mereka. Supaya mental mereka lebih kuat. Benar-benar harus memiliki mental pengusaha.”

Salah satu contoh melatih mental pengusaha para pelaku IKM adalah skema permodalan tidak diberikan secara cuma-cuma. Mereka dilatih untuk bertanggung jawab dan mencapai target yang meningkat secara bertahap.

"Misalnya lagi, permodalan tidak dikasih gratis, enggak mau meninabobokan mereka. Tujuannya supaya mereka jadi pelaku industri harus tangguh," pungkas Gati.