Psikolog Bagi Cara Atasi Anak Tantrum saat Alergi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak tantrum/sedih. Shutterstock.com

Ilustrasi anak tantrum/sedih. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Saat anak mengalami alergi tak hanya menganggu kesehatan fisik, tetapi juga aspek psikologisnya. Bisa saja alergi memicu tantrum pada anak.

Mengutip penelitian yang dibacanya, psikolog Putu Andani memaparkan anak yang alergi dapat mengalami gangguan daya ingat, kesulitan bicara, konsentrasi berkurang, hiperaktif, dan lemas.

"Sedangkan bagi orang tua, munculnya gejala alergi pada anaknya dapat menimbulkan kecemasan berlebih atau lebih parahnya sampai perasaan depresi," ucapnya dalam Bicara Gizi "Mencegah Alergi si Kecil dengan Deteksi Risiko Alergi dan Asupan Nutrisi yang Tepat Sejak Dini" pada Kamis, 25 Juni 2020.

Psikolog dari TigaGenerasi ini mengungkapkan anak dan orang tua bisa merasa rendah diri dan menyerah secara sosial. Bila hal itu terjadi bisa menghambat proses pemulihan. Maka dari itu, pentingnya membangun pikiran positif secara psikologi. 

“Jika reaksi alergi terjadi sebaiknya orang tua jangan panik, usahakan agar si Kecil tetap tenang, jangan berasumsi tentang penyebab alergi si Kecil, lakukan validasi langsung dengan ahlinya,” ungkap Putu.

Baca juga: Sebab Anak Lahir Lewat Caesar Lebih Berisiko Alergi Menurut Ahli

Lalu, bila dampak alergi memicu anak tantrum, apa yang sebaiknya orang tua lakukan? Putu menyarankan orang tua untuk menanamkan mindset atau pola pikir bahwa tantrum merupakan bagian dari fase tumbuh kembang anak.

"Terima dulu perasaan anak, baik itu stres, cemas, dan marah. Kita beri label perasaan dia, kesal dan sedih. Kemudian temani anak saat ia merasakan dirinya," imbaunya.

Emosi pada anak seperti roller coaster, ada kalanya naik dan turun. Orang tua perlu mendampingi anak ketika emosinya sedang turun. "Sehingga anak akan mencapai kematangan emosi jika kembali tantrum. Temani anak tapi jangan menggurui," imbau Putu.

Sementara itu, Putu menyarankan orang tua yang tengah emosi atau marah tak berinteraksi dulu dengan anak. Kontrol emosi lewat latihan pernapasan untuk menenangkan diri dan membuat detak jantung lebih rileks. 

"Bisa juga menggunakan metode self talk ketika momen stres sudah tinggi. Tanyakan pada diri sendiri apa yang membuat kita khawatir dan marah, baru kemudian berpikir mau bagaimana langkah selanjutnya," pungkasnya.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."