Psikolog: Anak Kecanduan Gawai Berarti Alami Gangguan Mental

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Racun bagi Anak Balita di Balik Gadget

Racun bagi Anak Balita di Balik Gadget

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tidak bisa dipungkiri, saat ini perkembangan teknologi sudah melesat cepat. Hal ini terbukti dari banyaknya anak di bawah umur yang sudah terbiasa dengan gawai. Namun, ternyata hal ini justru sesuatu yang tidak baik bagi perkembangan anak-anak. 

Psikolog dan pendiri Personal Growth, Ratih Ibrahim, mengatakan hal ini bisa menimbulkan kecanduan bagi anak anak tersebut. Ini bisa dilihat ketika mereka mulai marah, uring-uringan, bahkan tidak bisa lepas dari gawai dalam kesehariannya. Gangguan mental pun sudah terjadi.

Artikel lain:
Anak Keranjingan Gawai? Perkenalkan 6 Hewan Peliharaan Ini
Kiat Mengatur Pemakaian Gawai oleh Anak
Cara Tangani Anak yang Suka Bohong, Perlu Dirayakan
Rumah Tangga Bahagia Tanpa Anak, Begini Saran Psikolog

“WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menetapkan adiksi pada gadget masuk pada gangguan dan itu serius. Kalau kita masuk ke adiksi, berarti dia akan susah lepas di sini,” jelas Ratih di Jakarta Selatan, Sabtu, 30 Juni 2018.

Poin penting dalam masalah ini disampaikan Ratih adalah peran orang tua di dalamnya. Kebanyakan dari mereka membiarkan anak terpapar gawai lantaran jarang menghabiskan waktunya bersama anak-anak. 

Lebih lanjut, Ratih menegaskan jika para orang tua juga tidak harus menolak gawai dalam kehidupan anak-anak sebab bagaimana pun hal itu adalah salah satu dari bentuk perkembangan teknologi. Hanya saja, ini tergantung pada bagaimana cara orang tua untuk memanfaatkan kemajuan teknologi serta pengetahuan kepada anak untuk tidak keliru menggunakannya. 

“Jadi, jangan salahkan gadgetnya, jangan salahkan teknologinya. Sebagai orang tua, kita sudah benar atau belum, itu dulu,” tuturnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."