Cara Tangani Anak yang Suka Bohong, Perlu Dirayakan

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi anak berbisik/bercerita/berbohong. Shutterstock.com

Ilustrasi anak berbisik/bercerita/berbohong. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Orang tua tak bisa tinggal diam ketika tahu anaknya mulai berani berbohong. Orang tua mesti lebih cerdik dan memberi pengetahuan agar anak tak mengulangi perbuatan itu lagi. Biasanya anak berbohong ketika menyembunyikan sesuatu yang salah yang mereka lakukan dan menghindari konsekuensinya.

Baca juga:
Anak Kate Middleton Cekikikan, Bocah Ini Berani Tutup Mulutnya
Angelina Jolie Super Protektif ke Anak, Bumerang Buat Hak Asuh

Anak mungkin berbohong kepada orang dewasa sesuai dengan situasi, misalnya, saat ingin bermain maka mereka berbohong dengan mengatakan ingin mengerjakan pekerjaan sekolah bersama teman-temannya. Supaya kebohongan ini tidak terus-menerus dilakukan, apalagi sampai jadi kebiasaan, orang tua harus melakukan sesuatu.

Orang tua mestinya menjelaskan kepada anak bahwa berbohong adalah kebiasaan buruk dan itu bakal membuat mereka dekat dengan masalah. Coba luangkan waktu dan dekati anak anak untuk mengetahui kenapa mereka sampai berbohong. Kemudian tanamkan pentingnya kejujuran lalu menjadikannya aturan di dalam keluarga. Berikut 8 cara mengetahui alasan anak berbohong dan bagaimana mengatasinya, seperti dilansir dari Boldsky.

1. Orang tua jadi contoh orang jujur
Sikap orang tua adalah rujukan pertama anak sebelum bertindak. Jangan salahkan anak jika orang tua pernah memberikan contoh kebohongan, baik langsung maupun tidak. Misalnya ketika sedang makan di restoran yang memberlakukan aturan anak kecil boleh makan gratis, kalau orang tua menyebutkan usia anak lebih kecil dari aslinya, maka jangan heran anak akan meniru kebohongan ini di kemudian hari.

2. Untungnya jujur
Jelaskan kepada anak mengenai keuntungan bersikap jujur. Beri pemahaman dengan cara yang sangat sederhana yang mudah dimengerti sesuai dengan usia anak.

3. Risiko jika berbohong
Ketika anak ketahuan berbohong, jangan langsung memarahi mereka. Daripada mengomel, minta anak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan buat mereka sadar kalau kebohongan itu ada risikonya, yakni mendapat hukuman. Dengan begitu, anak akan berpikir ulang sebelum berani berbohong di kemudian hari.

Imbas dari berbohong bukan saja mendapat hukuman. Jelaskan kepada anak bahwa jika mereka kedapatan berbohong, maka orang lain akan sulit mempercayainya lagi, bahkan ketika dia mengatakan yang sebenarnya. Buat anak sadar kalau siapapun tak suka orang berbohong.

4. Mencari bantuan profesional
Cari bantuan profesional jika berbohong menjadi ancaman serius bagi anak. Misalnya, jika seorang anak berbohong dan menyebabkan masalah di sekolah. Lebih baik menangani masalah pada tahap awal daripada berurusan dengan sikap berbohong yang sudah menjadi kebiasaan.

5. Bedakan alasan bohong
Anak-anak prasekolah sering mengatakan kebohongan karena berkaitan dengan fantasi mereka. Dalam situasi ini, orang tua harus bertanya apakah cerita anak memang benar terjadi atau tidak. Ini akan membuat mereka menyadari perbedaan antara kenyataan dengan fantasi.

6. Hargai kejujuran anak
Ketika anak jujur atau menyampaikan sesuatu yang sebenarnya, hargai dan dukung mereka. Penghargaan itu tidak harus berwujud benda, melainkan cukup dengan pujian. Respons yang baik akan membuat mereka bangga sekaligus membuktikan kalau Anda adalah orang tua yang bisa dipercaya.

7. Jangan panggil anak pembohong
Jangan pernah mencap anak sebagai pembohong atau memanggilnya dengan sebutan pembohong karena akan membekas selamanya. Jika dipanggil dengan sebutan pembohong, maka anak akan memandang dirinya sebagai seorang pembohong sungguhan dan bertindak sesuai dengan sebutan itu. Ingatlah, pernyataan negatif akan berdampak negatif pula pada kehidupan anak.

8. Rayakan kesalahan
Ketika anak ketahuan berbohong, tak ada salahnya orang tua merayakan kesalahan itu sebagai bentuk pembelajaran supaya anak menjadi lebih baik di masa depan. Dengan cara ini, anak tak merasa tersudut karena kesalahannya dan belajar mempercayai Anda sebagai orang tua yang asyik.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."