Mengenal Sarah Gilbert, Ilmuwan Vaksin AstraZeneca dan Punya 3 Anak Kembar

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Oxford's Jenner Institute dan kepala pengembangan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Ia merekrut Indra sebagai anggota tim pengembangan vaksin pada Mei 2020. PA Images

Sarah Gilbert, profesor vaksinologi di Oxford's Jenner Institute dan kepala pengembangan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Ia merekrut Indra sebagai anggota tim pengembangan vaksin pada Mei 2020. PA Images

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Dame Sarah Gilbert atau Sarah Gilbert merupakan salah satu ilmuwan yang mengembangkan vaksin AstraZeneca. Ia bersama Catherine Green berbagi tugas dalam pengembangan vaksin Covid-19 yang diproduksi  AstraZeneca. Sarah memimpin tim pengembangan awal, sementara Green bertanggung jawab untuk memproduksi batch pertama dari vaksin sehingga dapat diuji dalam uji klinis.

Sarah Gilbert lahir di Kettering, Northamptonshire pada April 1962. Ia berasal dari orang tua yang tidak memiliki ketertarikan di bidang kesehatan. Ayahnya bekerja di bisnis sepatu dan ibunya bekerja sebagai guru bahasa Inggris dan anggota masyarakat opera amatir lokal.

Setelah menyelesaikan pendidikan doktornya, Sarah Gilbert mendapat pekerjaan di pusat penelitian pembuatan bir, mempelajari cara memanipulasi ragi pembuatan bir, sebelum beralih bekerja di bidang kesehatan manusia. Ia tidak pernah bermaksud menjadi spesialis vaksin. Namun pada pertengahan 1990-an, ia terlibat dalam pekerjaan akademis di Universitas Oxford, melihat genetika malaria. Dan itu mengarah pada pekerjaan pada vaksin malaria. Saat itulah ia mulai berfokus pada vaksin

Berikut 4 fakta mengenai Sarah Gilbert yang wajib Anda ketahui

1. Memimpin penelitian vaksin Ebola dan Mers

Sebelum mengembangkan vaksin AstraZeneca, Sarah pernah memimpin penciptaan vaksin untuk virus Ebola dan virus Mers pada tahun 2014. Hal ini dimulai saat ia menjadi profesor di Jenner Institute, dengan membentuk kelompok penelitian mandiri. Adapun tujuan pembentukan tim penelitian tersebut adalah untuk membuat vaksin flu universal. Vaksin tersebut bertujuan untuk melawan semua jenis flu dengan varian yang berbeda. 

Dilansir BBC, Sarah Gilbert merupakan seorang profesor yang bertugas memimpin tim peneliti vaksin dari Universitas Oxford yang bermitra dengan AstraZeneca. Sarah Gilbert memimpin tim berisikan 300 anggota yang berhasil menunjukkan kemajuan bahwa vaksin bekerja dengan aman dan berfungsi untuk melawan Covid-19. Foto : Theguardian.com

2. Mengembangkan vaksin Covid-19 dengan cepat

Sejak awal munculnya Covid-19 di Cina, dengan sigap Sarah mengumpulkan tim peneliti dan mengamati genetika virus untuk membuat vaksin. Pembuatan vaksin corona ini, merupakan pengembangan dari vaksin virus Mers yang pernah menyerang Arab Saudi pada tahun 2014. Dikutip dari BBC News, Profesor Teresa Lambe, rekan Sarah di Universitas Oxford mengungkapkan bahwa Gilbert cenderung bekerja dari pagi hingga larut malam selama melakukan penelitian dan uji coba vaksin.

Baca juga: AS Bolehkan Buka Masker, Ahli: Jenis Vaksinnya Beda dengan Indonesia

3. Ibu dari 3 anak kembar

Selain gemilang menjadi vaksinologi Oxford , Sarah juga sukses berperan sebagai ibu. Di masa studinya dulu, ia melahirkan dan membesarkan tiga anak kembarnya. Ketiga anaknya berpendapat bahwa ibunya adalah sosok ibu yang selalu mendukung dan mengutamakan kepentingan anaknya. Kini, anaknya berhasil mewujudkan impiannya masing-masing, yaitu belajar biokimia di universitas yang mereka inginkan. 

4. Melepas hak cipta vaksin

Seperti diketahui bahwa Sarah telah melepas hak paten vaksin AstraZeneca yang telah dikembangkannya, sehingga vaksin ini bisa diproduksi dalam jumlah besar dan dengan harga murah. Dilansir dari The Times, saat ini vaksin tersebut sudah berkontribusi sebanyak 500 juta dosis di 178 negara.

“Kami ingin memiliki vaksin untuk dunia, dan kami ingin vaksin itu diproduksi dan didistribusikan secara luas. Dan kami sangat senang melihat bahwa itu dilakukan dengan banyak sub-lisensi ke berbagai produsen di berbagai belahan dunia – meningkatkan jumlah dosis vaksin yang kami mulai pengembangannya, kini telah tersedia di seluruh dunia,” ujarnya dikutip dari laman Health Policy Watch.

Dame Sarah Gilbert, salah satu ilmuwan pengembang vaksin AstraZeneca, mendapat tepuk tangan meriah di turnamen Wimbledon, 28 Juni 2021 (TikTok)

Pencapaian Sarah Gilbert tentu mengundang banyak apresiasi dari masyarakat dunia, termasuk dalam turnamen tenis Wimbledon. Ia mendapatkan tepuk tangan meriah dari penonton turnamen tenis Wimbledon, 28 Juni 2021. Meski sudah lewat, video momen emosional tersebut viral di Internet beberapa waktu lalu.  

Dalam video tersebut, terdengar sebuah pengumuman menjelang pembukaan pertandingan petenis Novak Djokovic melawan Jack Draper yang menyebutkan bahwa individu dan perwakilan organisasi yang telah berkontribusi pada negara dalam menghadapi pandemi, dan yang telah membantu membuat Wimbledon ini mungkin, diundang untuk menonton permainan dari tribun royal box. Mereka termasuk orang-orang yang mengembangkan vaskin Covid-19.

Kamera menangkap ekspresi terkejut perempuan berbaju merah dan berkacamata. Dialah Sarah Gilbert. Sekitar 7.500 penonton memberikan tepuk tangan yang meriah. Seorang penonton kemudian berdiri, diikuti yang lain, sambil tetap bertepuk tangan.

Salam hormat virtual untuk Sarah Gilbert.

Baca juga: Pahami 7 Mitos Soal Vaksin Covid-19

FAHIRA NOVANRA | BBC | THE TIMES | HEALTH POLICY WATCH | MILA NOVITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."