5 Penyebab Perut Buncit, Salah Satunya Pola Tidur Buruk

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Kinanti Munggareni

google-image
Perut buncit bisa disebabkan oleh stress eating akibat pola tidur yang buruk.  (Canva)

Perut buncit bisa disebabkan oleh stress eating akibat pola tidur yang buruk. (Canva)

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Perut buncit seringkali jadi persoalan yang dialami banyak orang, termasuk perempuan. Bukan hanya mengganggu penampilan, perut buncit juga bisa berarti kondisi kesehatan kita terganggu. 

Perut bisa menjadi buncit karena penumpukan lemak yang berlebih. Berikut beberapa penyebab perut menjadi buncit.

1. Asupan gizi dan pola makan yang buruk

Menyantap makanan dan minuman manis bisa menyebabkan kenaikan berat badan, memperlambat metabolisme tubuh, dan mengurangi kemampuan tubuh untuk membakar lemak. 

Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat juga bisa berdampak pada berat badan seseorang. Kurangnya asupan protein bisa membuat kita tidak cukup kenyang dalam waktu panjang. 

Konsumsi lemak trans juga bisa jadi penyebab perut buncit. Lemak trans adalah lemak tidak sehat yang dibuat dengan cara menambahkan hidrogen ke lemak tak jenuh untuk membuatnya lebih stabil.

Lemak trans sering digunakan untuk memperpanjang umur simpan makanan kemasan, seperti muffin, campuran kue, dan kerupuk.

Lemak trans terbukti menyebabkan peradangan yang dapat menyebabkan resistensi insulin, penyakit jantung, dan berbagai penyakit lainnya.

Kekurangan serat adalah hal lain yang bisa menyebabkan lemak menumpuk di bagian perut. 

2. Kurang olahraga

Jika seseorang mengonsumsi lebih banyak kalori daripada yang dibakar, berat badannya akan bertambah.

Kurang gerak bisa menyebabkan seseorang sulit membuang lemak berlebih, terutama di sekitar perut.

Satu studi juga menunjukkan bahwa kurang aktivitas fisik berkontribusi membuat lemak perut kembali timbul setelah menurunkan berat badan.

Dalam studi ini, peneliti melaporkan bahwa orang yang melakukan latihan resistansi atau aerobik selama 1 tahun setelah menurunkan berat badan dapat mencegah lemak perut kembali, sementara mereka yang tidak berolahraga mengalami peningkatan lemak perut sebesar 25-38%.

3. Menopause

Perempuan yang telah mengalami menopause sangat mungkin mengalami penambahan lemak perut.

Menopause secara resmi terjadi satu tahun setelah seorang wanita mengalami menstruasi terakhirnya.

Sekitar waktu ini, kadar estrogen perempuan turun drastis. Kondisi ini menyebabkan lemak disimpan di perut, bukan di pinggul dan paha seperti di masa pubertas.

Beberapa perempuan akan mendapatkan lebih banyak lemak perut saat menopause dibandingkan yang lain. Ini mungkin disebabkan oleh genetika, serta usia di mana menopause dimulai.

Sebuah studi menemukan bahwa wanita yang menyelesaikan menopause pada usia yang lebih muda cenderung mendapatkan lebih sedikit lemak perut. 

4. Stres dan tekanan emosional

Saat stres, kelenjar adrenal dalam tubuh memproduksi kortisol atau yang biasa disebut "hormon stres. 

Jika produksi kortisol terlalu berlebih seseorang akan mengalami kenaikan berat badan, terutama di daerah perut. Selain itu, pada banyak orang, stres bisa mendorong makan berlebih.

5. Kurang tidur

Kualitas tidur yang buruk bisa mendorong timbulnya lemak pada bagian abdomen. Sebuah studi yang dipublikasikan Journal of Clinical Sleep Medicine memperlihatkan ada keterkaitan antara durasi tidur yang pendek sebagai penyebab bertambahnya lemak perut.

Studi lain, yang dilakukan terhadap 68.000 perempuan selama 16 tahun, memperlihatkan bahwa 32 persen dari mereka yang tidur selama 5 jam atau kurang berpotensi naik berat badan hingga 15 kilogram. 

Ini terjadi karena kurang tidur berpotensi membuat kita mengalami gangguan pola makan, termasuk kondisi stress eating. Kondisi ini sangat mungkin jadi penyebab perut buncit. 

Baca juga: 8 Cara Mengecilkan Perut Buncit Ini Bisa Membuat Hidupmu Lebih Sehat

MEDICAL NEWS TODAY | HEALTHLINE

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."