7 Sebab Bibir Miss V Gatal dan Bentol, Infeksi Bakteri hingga Psoriasis

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi vagina. Shutterstock

Ilustrasi vagina. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaVulva atau bagian luar miss V bekerja bagaikan mesin yang bisa membersihkan dirinya sendiri, tanpa perlu sabun pembersih kewanitaan atau zat kimia lainnya. Namun terkadang, perempuan bisa merasakan bentol, gatal disertai iritasi di bagian tersebut. Kondisi tersebut bisa menyebabkan rasa tidak nyaman dan dapat mengganggu aktivitas.

Tak hanya di vulva, iritasi juga bisa berdampak pada bagian lain seperti labia, klitoris, uretra, dan mulut vagina. Lantas, apa saja penyebab bibir miss V atau vagina bentol dan gatal? Berikut penjelasannya.

7 Sebab Miss V Gatal dan Bentol

1. Folikulitis

Pernahkah mengalami bibir kemaluan bentol dan gatal usai melakukan brazilian waxing atau mencukur rambut miss V? Jika iya, mungkin yang terjadi adalah folikulitis. Ini terjadi ketika ada folikel rambut kemaluan yang terinfeksi atau mengalami inflamasi. Istilah kondisi ini adalah razor burn.

Benjolan yang terjadi pada kondisi folikulitis sekilas tampak seperti fungal acne. Biasanya, kondisi ini disertai dengan gejala lain seperti rasa nyeri, pembengkakan, hingga adanya nanah. 

Tanpa perlu perawatan, folikulitis di vulva akan mereda dengan sendirinya. Hanya saja, bisa dibantu dengan memberikan kompres es batu, mengoleskan krim hidrokortison, dan juga mengenakan pakaian dalam yang menyerap keringat.

2. Dermatitis kontak

Dermatitis kontak terjadi ketika ada substansi yang menyebabkan kulit iritasi. Mulai dari deterjen pencuci pakaian, residu zat kimia di pakaian dalam baru, pewangi di produk pembalut, lubrikan, hingga kondom. Reaksi akibat dermatitis kontak ini bisa muncul langsung setelah terjadi kontak dan mereda beberapa hari kemudian.

Gejala lainnya yang muncul adalah sensasi terbakar, gatal, ruam, dan juga bengkak. Setelah mengetahui penyebab terjadinya bibir kemaluan bentol dan gatal, hilangkan pemicunya. Kemudian, basuh vulva dengan sabun dan air hangat untuk menghilangkan penyebab dermatitis kontak. Obat antihistamin juga dapat meredakan gejala yang muncul.

3. Perubahan hormon

Perempuan bisa mengalami perubahan hormon cukup drastis, contohnya saat sedang haid, hamil, hingga menyusui. Kondisi medis seperti polycystic ovarian syndrome atau PCOS juga bisa menyebabkan hormon menjadi fluktuatif. Selain itu, menopause juga bisa mengakibatkan perubahan hormon dan berpengaruh terhadap sensitivitas vulva.

Contohnya ketika hormon estrogen menurun drastis, kulit vulva bisa menjadi lebih kering dan tidak elastis. Artinya, kemungkinan mengalami iritasi pun meningkat.

Cara mengatasinya bisa dengan menggunakan lubrikan untuk melembapkan miss v. Selain itu, aplikasikan lubrikan berbahan dasar air atau silikon sebelum melakukan aktivitas seksual. Terapi hormonal juga dapat menjadi opsi bergantung pada kondisi masing-masing.

4. Infeksi jamur

Jenis jamur yang paling sering menginfeksi area kemaluan adalah Candida. Gejala lain yang menyertai adalah rasa gatal, bengkak, nyeri saat bercinta, muncul ruam, hingga keluarnya cairan miss V kental berwarna putih. Sebagian besar infeksi jamur bisa diatasi dengan obat anti-jamur yang digunakan selama 1-7 hari. Selain itu, pastikan tidak melakukan aktivitas seksual apapun hingga infeksi jamur benar-benar sembuh.

5. Infeksi bakteri

Infeksi bakteri yang terjadi pada vagina disebut dengan bacterial vaginosis. Ini terjadi ketika bakteri berkembang biak tak terkendali sehingga kondisi vulva tak lagi seimbang. Infeksi bakteri umum dialami perempuan berusia 15-44 tahun. Gejala lain infeksi bakteri disertai dengan keluarnya cairan dengan warna dan aroma tidak normal serta sensasi terbakar di miss V. 

Untuk mengatasinya, dokter akan meresepkan antibiotik oles maupun oral. Habiskan antibiotik sesuai resep dokter. Selain itu, pastikan untuk tidak melakukan aktivitas seksual apapun hingga infeksi benar-benar tuntas.

6. Psoriasis

Psoriasis adalah kondisi autoimun yang menyebabkan akumulasi sel kulit dengan cepat. Jika terjadi di vulva, ini disebut dengan genital psoriasis. Gejalanya adalah ruam berwarna kemerahan namun tidak menyebabkan kulit menjadi pecah-pecah seperti psoriasis di bagian tubuh lain. 

Untuk mengatasinya, dokter akan meresepkan krim steroid untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan gatal. Selain itu, bisa juga dilakukan prosedur menyembuhkan kulit dengan sinar ultraviolet khusus.

7. Lichen planus

Lichen planus adalah inflamasi yang bisa terjadi di vulva dan vagina. Biasanya gejala yang muncul disertai rasa gatal, ruam berwarna putih, luka terbuka, benjolan berwarna keunguan, serta nyeri ketika berhubungan seksual. Orang yang sudah menopause juga bisa mengalami lichen sclerosus, dengan ciri munculnya luka berwarna putih di vulva dan vagina. 

Kedua kondisi ini bisa diredakan dengan memberikan kompres es batu untuk meredakan nyeri, mengaplikasikan krim hidrokortison, dan minum obat antihistamin agar inflamasi berkurang. Kasus lichen planus ringan akan mereda setelah beberapa tahun. Namun jika melibatkan membran mukosa vagina, penanganannya bisa jadi lebih sulit.

 

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."