Kriteria Memilih Tontonan Televisi untuk Anak Menurut Psikolog

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak menonton televisi. Shutterstock.com

Ilustrasi anak menonton televisi. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menonton televisi salah satu media belajar dan hiburan bagi anak. Namun psikolog anak Saskhya Aulia Prima mengingatkan ada batasan waktu menonton televisi sesuai usia anak dan kriteria tontonannya.

Menurutnya, anak usia di bawah 18 bulan disarankan komunikasi dua arah dari orang tua, bukan dari  menonton televisi. Sementara, anak usia 2 - 5 tahun dibatasi menonton televisi maksimal selama 1 jam dalam sehari. Tapi dibagi-bagi jangan langsung dihabiskan 1 jam. 

Selain durasi, ia pun mengingatkan pentingnya peran orang tua untuk memilih jenis tontonan yang menstimulasi anak. 

"Tontonan baiknya bisa mengasah daya kreativitas anak, lebih bagus lagi kalau orang tua diharapkan bisa mendampingi saat anak nonton televisi," kata Saskhya dalam Live Instagram Mother and Baby, Senin, 6 Juli 2020.

Misalnya, untuk anak usia dini, pilihlah program acara dengan adegan yang tidak terlalu cepat dan berganti-ganti. Tujuannya agar anak mudah menyerap.

Selain itu, ingat pula efek tontonan akan berpengaruh pada perkembangan otak anak, misalnya hindari tayangan kekerasan dan adegan-adegan yang membahayakan. Sebisa mungkin memilih program televisi yang mendorong anak untuk praktik langsung. Bisa juga memilih tontonan yang ada unsur tanya jawab untuk tetap menciptakan interaksi orang tua dan anak.

Untuk mencegah anak menonton tanpa henti, psikolog Saskhya sarankan orang tua terlibat dalam tontonannya.

"Perlu cari program yang kita (orang tua) bisa nonton bareng sama anak. Sebab kalau kita ikut nonton jadi bisa jalin perhatian dulu ke orang tua. Efeknya ketika transisi kegiatan dari nonton film anak tidak bete," imbaunya.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."