Ada Gen Berbisik Jangan Makan Sayur dan Buah, Pantas Susah Diet

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Ilustrasi buah dan sayur. shutterstock.com

Ilustrasi buah dan sayur. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sup buntut dan tongseng kambing yang lezat sungguh menggugah selera. Apalagi jika dihidangkan saat masih panas dengan sambal plus kerupuk. Siapa pun akan berkeringat dibuatnya.

Tapi tunggu dulu. Bagi penderita darah tinggi, itu jelas makanan yang dilarang. Meski begitu, entah kenapa tubuh selalu menuntut untuk memakannya. Meski sudah dilarang, yang namanya doyan, tetap saja larangan itu dilanggar.

Jangan heran bila Anda mengalami hal seperti itu. Berdasarkan penelitian ilmuwan dalam The FASEB Journal edisi April, dorongan untuk melahap makanan tertentu atau dalam bahasa sehari-hari disebut doyan, muncul karena gen yang ada di dalam otak.

Artikel berjudul 'Behavior Related Genes, Dietary Preferences and Anthropometric Traits' ini menjadi studi pertama yang mengungkap bagaimana gen di otak mempengaruhi asupan dan preferensi makanan pada sekelompok orang sehat.

Studi ini melengkapi penelitian sebelumnya yang mengidentifikasi gen yang terlibat dalam gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia. Namun studi tersebut tidak mengungkap bagaimana gen berpengaruh terhadap perilaku makan orang sehat.

Ilustrasi wanita makan buah dan sayur. shutterstock.com

"Variasi gen membuat setiap orang unik. Hal inilah yang ingin kami eksplorasi lebih jau",” kata Silvia Berciano, pakar genetika dan nutrisi di Human Nutrition Research Center on Aging Tufts University, Massachusetts, Amerika Serikat, seperti dikutip dari situs berita Knowridge.

Dalam studi ini, Berciano dan tim menganalisis genetika 818 laki-laki dan perempuan keturunan Eropa. Tim ini juga mengumpulkan informasi tentang makanan mereka menggunakan kuesioner.

Para peneliti menyatakan gen yang mereka teliti memainkan peran penting dalam pilihan makanan dan kebiasaan diet seseorang. Misalnya, asupan cokelat yang cukup tinggi dan ukuran pinggang yang lebih besar dikaitkan dengan bentuk gen reseptor oksitosin tertentu yang kurang bermain.

Sementara itu, gen obesitas akan berbisik ke tubuh untuk tidak makan asupan sayur dan serat. "Begitu pula gen-gen yang terlibat dalam asupan garam dan lemak," kata Michael Y. Tsai, anggota studi yang juga peneliti patologi dari University of Minnesota, Minneapolis. Dia menjelaskan, studi ini menjawab pertanyaan mengapa banyak orang sulit mengatur pola makan mereka meski makanan tersebut baik untuk tubuh.

Meski begitu, dalam jurnal itu, para ilmuwan menyatakan temuan tersebut bisa menjadi dasar strategi untuk membentuk pola makan seseorang tanpa melawan gennya. Lebih jauh, studi ini bisa digunakan untuk membuat pendekatan pemberian obat dengan menyesuaikan pencegahan dan terapi berbasis diet kebutuhan spesifik seseorang. "Jadi, pasien tak perlu menolak makanan yang dibuat oleh dokter. Tak ada lagi larangan makan ini-itu," ujar Berciano.

Selanjutnya, para peneliti berencana mengamati kelompok lainnya dengan karakteristik dan etnis berbeda. Hal itu bertujuan lebih memahami penerapan dan potensi dampak dari temuan tersebut. Berciano dan tim juga ingin menyelidiki apakah varian genetik yang diidentifikasi berkaitan dengan asupan makanan yang berisiko terhadap suatu penyakit.

  • GABRA-2


    GABRA 2, atau Gamma-aminobutyric acid receptor subunit alpha-2, adalah protein pada manusia yang merupakan bagian dari reseptor GABA-A. Reseptor ini merupakan saluran klorida ligan yang aktif menjadi neurotransmitter utama di otak mamalia.


  • OXTR


    Reseptor oksitosin, yang juga dikenal sebagai OXTR, adalah protein yang berfungsi sebagai reseptor hormon dan neurotransmitter oksitosin. Pada manusia, reseptor oksitosin dikodekan oleh gen OXTR yang berada di kromosom 3p25. Protein OXTR termasuk kelompok reseptor G-protein, khususnya Gq, dan bertindak sebagai reseptor untuk oksitosin.


    Reseptor oksitosin dikirim oleh sel myoepithelial kelenjar susu. Reseptor ini juga dikirim oleh kedua miometrium dan endometrium rahim pada akhir kehamilan. Sistem reseptor oksitosin-oksitosin memainkan peran penting sebagai inducer kontraksi uterus selama kelahiran dan produksi susu.

  • SLC6A5

    SLC6A5 atau solute carrier family 6 member 5 adalah gen protein coding. Penyakit yang berkaitan dengan SLC6A5 termasuk hyperekplexia 3 dan hyperekplexia. Beberapa jalur yang berkaitan adalah siklus synaptic vesicle dan jalur NRF2. Anotasi gen ontologi (GO) yang berkaitan dengan gen ini meliputi neurotransmitter: aktivitas symporter natrium dan glisin: aktivitas symporter natrium. Paralog penting dari gen ini adalah SLC6A14.

  • SLC6A2

    Gen transporter norepinephrine, SLC6A2, terletak pada kromosom 16 manusia lokus 16q12.2. Anggota keluarga transporter neurotransmitter ini mengandung natrium atau klorida, termasuk transporter dopamin, epinefrin, serotonin, dan GABA.

FIRMAN ATMAKUSUMA | THE FASEB JOURNAL | KNOWRIDGE

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."