Bolehkah Ibu Hamil dan Menyusui Puasa Ramadan? Ini Kata Dokter

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, JAKARTA - Pertanyaan tentang kewajiban puasa untuk ibu hamil dan menyusui kerap muncul di bulan suci Ramadan. Apakah mereka aman untuk berpuasa? Dari sudut pandang medis, tidak masalah jika seorang ibu hamil dan menyusui puasa. Itu semua tergantung pada kesehatan mereka masing-masing. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Bramundito.

Ia menekankan ada sejumlah kondisi yang harus diperhatikan. Salah satu contohnya ibu hamil trimester pertama yang rata-rata masih mengalami susah makan, mual, muntah hingga berat badan turun. Ditambah lagi jika ada kondisi maag, sebaiknya konsultasi lebih dulu tentang puasa kepada dokter kandungannya.

"Bisa makan sedikit tapi sering dan jangan dipaksakan kalau tidak kuat. Misal jadi muntah-muntah yang berefek bisa kekurangan asupan, padahal di trimester pertama semua organ janin mulai berkembang," kata Bramundito dalam Live Instagram Talkshow Bergizi "Puasa pada Ibu Hamil dan Menyusui" yang dipandu oleh Dokter Gizi Arti Indira dan Dokter Tompi pada Ahad, 26 April 2020.

Sementara itu, bagi ibu hamil di trimester ketiga kondisinya diprediksi lebih baik dan kuat untuk berpuasa dibanding masa awal kehamilan. Perlu diketahui, lanjut dokter Bramundito, bahwa puasa sebenarnya hanya menggeser jam makan. Jadi yang perlu diperhatikan bagi ibu hamil adalah asupan gizi saat sahur, makan sedikit tapi sering saat buka puasa, dan wajib banyak minum air putih.

Lalu, muncul pertanyaan apakah puasa memengaruhi berat badan bayi? Bramundito ungkap tidak ada bedanya bagi ibu hamil yang berpuasa ataupun tidak selama memenuhi asupan gizi.

"Terlebih saat hamil trimester ketiga sering kontrol, nanti akan ketahuan pengaruh atau tidak (puasa) pada berat badan bayi. Kalau kondisi tersebut berpengaruh, ya, tidak kami sarankan," jelas dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah ini.

Boleh atau tidaknya ibu menyusui berpuasa juga tergantung kondisi kesehatan dan kualitas Air Susu Ibu atau ASI. Sebab di masa menyusui, ibu membutuhkan jumlah cairan dan kalori lebih banyak untuk produksi ASI. Bagi ibu menyusui yang belum mampu berpuasa, dokter Bramundito ungkapkan ada pilihan mengganti puasa dengan membayar fidyah atau memberi makan orang yang membutuhkan sebanyak hari ia tidak berpuasa.

"Namun balik lagi, dilihat tanda produksi ASI masih lancar atau malah berkurang. Semua bisa di-adjust sesuai kebutuhan, kasus per kasus tiap orang berbeda treatment-nya," pungkasnya.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."