Batasi Tonton Berita dan Baca Medsos untuk Tangkal Psikosomatik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi perempuan melihat Instagram. unsplash.com/social.cut

Ilustrasi perempuan melihat Instagram. unsplash.com/social.cut

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Ketidakpastian kapan pandemi virus corona baru atau COVID-19 berlalu dan beredar berita terkait COVID-19 bisa berdampak pada kesehatan mental, seperti psikosomatik. Apa itu? Kondisi fisik yang terkait masalah psikologis. Menurut Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Jiemi Ardian gejala psikosomatik yang paling sering kentara ialah gangguan tidur, kemudian disusul gangguan fisik seperti mual, diare, pusing.

"Biasanya muncul pada sore hari setelah pengumuman data jumlah pasien COVID-19 dari Kemenkes," ucap Jiemi dalam Live Instagram Sunan Institute yang diadakan The Sunan Hotel bertema "Bagaimana Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi", Selasa, 14 April 2020.

Penyebab gejala tersebut karena faktor kita menonton acara berita atau membaca media cetak maupun online atau daring. Sebab itu, Jiemi menganjurkan agar kita memilih berita mana yang nyaman kita tonton dan batasi durasi waktunya.

"Sebab tubuh kita lah yang paling aware sejauh mana batas kemampuan kita meresponsnya. Secara teknis misalnya akan nonton berita dari jam 5-7 atau di jam khusus. Pilih platform media sosial (medsos) jangan semua dibaca, Instagram dan Twitter dibaca. Pilih yang kita mampu," imbau Jiemi.

Jika Anda membaca satu berita negatif, maka supaya balance dibutuhkan empat berita positif agar tubuh kita seimbang. "Beberapa teman-teman mungkin akan sulit bergeser, tidak semua cocok dengan berita positif tapi jelas berita negatif memberatkan. Atau Anda coba membaca berita netral," tukasnya.

Demikian pula kalau kita memiliki beberapa grup Whatsapp, kita fokus mana yang mau intens kita ikuti dan penting buat diri kita. "Jangan dibaca semua, pilihan left sementara nggak apa-apa, semua untuk kesehatan kita," lanjut ia.

Menurut Jiemi sisa waktu kita mengurangi baca berita dan sementara tidak aktif di grup Whatsapp bisa digunakan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. "Misalnya untuk merawat diri sendiri entah kamu memelihara hewan, minum teh yang kamu suka, kalau bisa yoga atau meditasi. Lakukan sesuatu yang bisa merawat kesehatan mental kita," tukasnya.

Jiemi menambahkan sedih itu wajar tetapi jika penderitaannya intens dan mengganggu misalkan sampai ganggu tidur, makan dan kerjaan maka sudah mengalami disfungsi, jadi sudah perlu konsultasi.

"Kalau kamu terlalu marah kecewa bingung takut susah makan tidur kerja terganggu atau ada pikiran bunuh diri datang atau pengen menyakiti orang lain maka tidak bisa ditunda karena kalau menunggu COVID-19 nanti kita enggak tahu selesainya kapan," tandasnya.

EKA WAHYU PRAMITA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."