Diet Karbo dan Tinggi Protein Cocok bagi Perempuan Penderita PCOS

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi makanan diet. shutterstock.com

Ilustrasi makanan diet. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Apakah kamu sudah familiar dengan istilah Polycystic Ovarian Syndrome atau PCOS? Bagi yang belum mendengarnya, PCOS adalah gangguan hormonal yang menyebabkan pembesaran ovarium dengan kista kecil di tepi luar. Diperkirakan 80 persen perempuan dengan PCOS mengalami kelebihan berat badan atau obesitas

Penelitian menunjukkan bahwa perempuan gemuk dengan PCOS dapat memiliki gejala yang lebih parah. Namun risiko itu bisa dicegah dengan menurunkan berat badan. Banyak manfaat yang bisa dirasakan antara lain peningkatan kesuburan, siklus haid yang lebih teratur, peningkatan kadar insulin dan kolesterol, serta berkurangnya muncul jerawat.

Natasha R. Chinn, spesialis kebidanan dan ginekologi di Brescia and Migliaccio Women's Health berbagi tips tentang cara menurunkan berat badan bagi penderita PCOS. "Diet tinggi protein dan rendah karbohidrat secara konsisten dapat bekerja tidak hanya untuk penurunan berat badan tetapi juga gejala PCOS tertentu," kata ia seperti dilansir dari laman Insider

Menurut penelitian di tahun 2005, yang diterbitkan oleh Nutrition & Metabolism, lima wanita yang mengikuti diet ketogenik rendah karbohidrat selama enam bulan kehilangan rata-rata 12 persen dari berat badan mereka. Dilihat pula adanya peningkatan sensitivitas insulin dan rendahnya kadar testosteron.

Chinn juga mengatakan bahwa pasiennya yang menjalani diet rendah gluten, gula dan susu memiliki perubahan signifikan seperti jerawat dan suasana hati yang membaik.

"Selain itu, penting juga untuk tetap minum air sepanjang hari, makan sayuran hijau, memilih lemak sehat seperti alpukat dan salmon, serta biasakan makan buah hanya satu hingga dua porsi per hari karena kadar gula yang cukup tinggi di dalam buah," tutur ia.  

Ia menyarankan diet ini karena banyak wanita dengan PCOS memiliki resistensi insulin yang bisa meningkatkan risiko terkena diabetes tipe-2.

 

ALFI SALIMA PUTERI

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."