Cara membedakan Diet Ketofastosis dengan Diet Ketogenik

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi diet ketogenik. shutterstock.com

Ilustrasi diet ketogenik. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Diet Ketogenik atau keto salah satu pilihan yang banyak dilakukan orang untuk menurunkan berat badan yang berlebihan. Seiring berjalannya waktu muncul varian diet keto, yaitu ketofastosis. Jenis baru ini dianggap lebih efektif dalam menurunkan berat badan. Seringkali ketofastosis dianggap sama dengan diet ketogenik, namun kenyataannya memiliki perbedaan.

Diet ketofastosis menggabungkan diet ketogenik (rendah karbohidrat) dengan fastosis (fasting on ketosis). Jadi, pada diet ini, Anda akan menjalankan puasa dalam keadaan ketosis karena hanya mengonsumsi sedikit karbohidrat, atau bahkan tidak sama sekali.

Ketosis merupakan kondisi tubuh tidak memiliki cukup karbohidrat untuk membakar energi. Oleh karena itu, tubuh akan membakar lemak sebagai gantinya dan memproduksi zat yang disebut keton sebagai energi.

Saat menjalani diet kestofastosis, tubuh Anda akan membakar lebih banyak lemak daripada diet keto biasa. Hal ini bukan tanpa alasan karena puasa dalam diet ketofastosis dapat meningkatkan metabolisme sehingga tubuh mulai menggunakan simpanan lemak yang ada untuk dibakar.

Selain itu, beberapa penelitian juga mengungkap bahwa puasa dalam diet ketofastosis aman menurunkan kelebihan berat badan, mampu mempertahankan massa otot selama penurunan berat badan, dan meningkatkan energi.

Berbeda dengan diet ketofastosis yang melibatkan puasa, dalam diet ketogenik Anda tidak perlu melakukan puasa. Diet ketogenik merupakan diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak. Ketika menjalani diet ini, Anda hanya akan dibatasi untuk mengonsumsi karbohidrat dan menggantinya dengan lemak. Perbandingan asupan yang bisa Anda konsumsi mengandung 75 persen lemak, 20 persen protein, dan 5 persen karbohidrat.

Meski diet ketogenik dan ketofastosis sama-sama dapat menurunkan berat badan, diet ketogenik memiliki manfaat lain, seperti untuk pengobatan penyakit neurologis (misalnya epilepsi).

Studi juga menunjukkan diet ketogenik dapat meningkatkan sensitivitas insulin pada sebagian penderita diabetes tipe 2. Lalu, mampu menghentikan atau mengurangi penggunaan obat diabetes.

Sementara, penderita diabetes yang ingin melakukan diet ketofastosis dikhawatirkan berisiko mengalami kontrol gula darah yang buruk, kelelahan, energi rendah, dan hipoglikemia karena berpuasa.

SEHATQ

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."