Ingat 5 Hal Jika Berdebat dengan Pasangan tentang Pola Asuh Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yunia Pratiwi

google-image
Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak-anak. betterparenting.com

Ilustrasi orang tua bertengkar di depan anak-anak. betterparenting.com

IKLAN

2. Berdiskusilah, Jangan Berdebat
Konflik diperlukan agar hubungan pernikahan dapat berkembang. Dan mampu mendiskusikan ketidaksepakatan Anda secara terbuka jauh lebih baik secara psikologis daripada menutupnya. Tetapi, di saat yang sama, orang tua perlu menghadirkan kekompakkan. Sekalipun seseorang tidak sepakat dengan apa yang dikatakan pasangannya, mereka perlu menerima bahwa apa yang dilakukan adalah yang terbaik untuk anak.

Orang tua dapat menyelesaikan masalah besar atau kecil mereka belakangan, ketika tidak di depan anak. Yang paling penting bagi kesehatan hubungan orang tua dan si anak adalah menghadirkan kekompakkan. Selain itu, jika seorang anak melihat bahwa orang tua mereka tidak kompak, mereka akan mengingatnya lalu mengeksploitasi kelemahan untuk keuntungan mereka sendiri.

Misalnya ketika ayah dan ibu berbeda pendapat soal penerapan waktu belajar untuk anak, ketika anak mengetahui adanya perbedaan pendapat tersebut, bisa saja anak mendekati salah satu orang tua yang menurutnya lebih menguntungkan. “Kita harus menyadari bahwa anak-anak lebih cerdas dari yang kita kira dan pertumbuhan kecerdasan mereka sudah dimulai sejak mereka lahir,” Lori Whately mengingatkan. “Orang tua perlu menemukan cara sepakat untuk tidak sepakat dalam proses pengasuhan anak,” lanjut Lori Whately.

3. Jangan Saling Menyalahkan
Jika orang tua saling menuding dan menyalahkan hanya karena mereka berbeda cara pandang ini sangat buruk. Hal itu tidak akan memperluas argumen, namun juga mempengaruhi prinsip mengasuh anak secara keseluruhan. Jika ada perbedaan pandangan, gunakan momen itu untuk mempelajari bagaimana pasangan Anda dibesarkan, seperti apa nilai-nilai kehidupannya, dan bagaimana cara orang tua pasangan Anda menerapkan disiplin.

Memahami bagaimana cara berpikir pasangan Anda dapat membantu Anda untuk mengantisipasi seperti apa reaksi yang akan muncul dalam situasi tertentu, termasuk ketika muncul perdebatan. “Kami memperbolehkan pasangan untuk saling menyampaikan sudut pandang dan alasan mereka di baliknya,” kata Lucy Harris, CEO dari situs parenting Hello Baby Bump.

4. Hindari Kata-Kata Kasar dan Merendahkan
Pemilihan kata sangat penting ketika Anda berdebat dengan pasangan dan disaksikan oleh anak. Dalam situasi “panas”, terkadang seseorang bisa lepas kendali dan mengeluarkan kata-kata yang tidak sepatutnya, seperti menyebut pasangan dengan sebutan “Anda”, hingga makian-makian kasar yang tidak layak didengar anak.

Hindarilah kata-kata kasar dan terkesan merendahkan terhadap pasangan, terutama ketika ada anak di depan Anda. “Buatlah pernyataan tentang apa yang Anda inginkan alih-alih membeberkan kesalahan-kesalahan pasangan,” saran Lori Whately. “Hal ini akan membantu mereka mendengarkan keinginan Anda dan mendengarkan dengan penuh respek,” lanjut Lori Whately.

5. Jangan Menghasut Anak
Terkadang orang tua berusaha mencari pembenaran dengan meminta dukungan dari anak ketika terlibat dalam perdebatan dengan pasangan. “Ibu tidak asik, ya? Makan permen saja tidak boleh, padahal kan enak, ya Kak?” misalnya. Hal ini bisa membuat anak semakin melihat perbedaan pandangan antara kedua orang tuanya dan bisa menimbulkan pandangan subyektif dari anak dalam melihat konflik orang tuanya. Anak sangat mudah dipengaruhi karenanya jangan menghasut mereka untuk membenci salah satu orang tuanya.

AURA

Halaman

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."