Pertumbuhan Anak yang Tak Sarapan Hanya 65 Persen, Ini Maksudnya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi sarapan praktis. Pixabay.com

Ilustrasi sarapan praktis. Pixabay.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Sarapan penting bagi tumbuh kembang anak. Anak yang tidak sarapan bisa kehilangan sepertiga dari pertumbuhannya. Begitu kata Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N. Rosalin.

"Siklus hidup anak itu harus makan tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan malam, dengan asupan gizi yang cukup," kata Lenny.

Lenny mengatakan bila anak tidak sarapan, hanya makan siang dan sore, maka dia akan kehilangan sepertiga dari pertumbuhannya. Bisa jadi anak tersebut tidak tumbuh 100 persen tetapi hanya 75 persen.

Baca juga:

Ahli Gizi Ingatkan Pentingnya Sarapan buat Anak

Menurut Lenny, ukuran pertumbuhan anak adalah tinggi badan dan berat badan. Anak yang tidak dibiasakan sarapan kemungkinan tinggi atau berat badannya di bawah anak-anak yang biasa sarapan.

"Itu akan menyebabkan isu kekurangan gizi, gizi buruk, bahkan kekerdilan atau stunting," tuturnya.

Ilustrasi anak mengukur tinggi badan. answcdn.com

Bila anak memang tidak sempat untuk sarapan di rumah, Lenny mengatakan bisa dibawakan bekal untuk dimakan di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada 2017 pernah melakukan program yang merupakan kampanye global, yang salah satunya adalah sarapan denganmembawa bekal ke sekolah.

"Ternyata makan bekal bersama membawa dampak positif bagi anak. Anak yang sebelumnya tidak mau makan sayur, jadi mau makan sayur karena melihat temannya makan sayur," katanya.

Kegiatan itu diikuti oleh banyak sekolah. Karena dampak positifnya, beberapa sekolah akhirnya melanjutkan beberapa program itu menjadi kebiasaan.

Artikel lain:
Pakar Tak Anjurkan Anak Sarapan yang Manis, Ini Alasannya

 
Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."