Kata Psikolog, Beres-beres Bias Jadi Tanda Kecemasan Mental

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi pasangan membersihkan rumah. tabloidbintang.com

Ilustrasi pasangan membersihkan rumah. tabloidbintang.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog mengatakan dorongan untuk beres-beres dapat menjadi tanda kecemasan mental atau keresahan yang mendasarinya.

"Selama masa ketidakpastian, orang biasanya mencari kegiatan yang dapat membantu mereka mengendalikan ketidakpastian ini," kata Martin Lang, seorang peserta pascadoktoral di Universitas Harvard di Amerika Serikat.

Salah satu studi Lang mengaitkan kecemasan dengan kinerja perilaku ritualistik yang berulang, dan dia mengatakan bahwa membersihkan dan mengorganisir tentu memenuhi syarat.

Artikel lain:
Psikolog Ungkap Pentingnya Sistem Pendukung buat Ibu Baru

"Ketika hal-hal dalam hidup terasa di luar kendali, saya pikir beres-beres dapat memperkuat psikologis," kata Michelle Newman, seorang profesor psikologi dan direktur Laboratorium untuk Penelitian Kecemasan dan Depresi di Penn State University.

"Jika dapat melakukan kendali atas kotak masuk atau ruang kantor, ini adalah hal-hal kecil yang dapat Anda perhatikan dan merasa nyaman," katanya.

Beres-beres adalah tugas dengan akhir yang pasti dan memuaskan. Jadi, selain membantu orang merasakan kendali, ini juga dapat memberikan jenis resolusi yang sedikit didapat dari sifat modern yang tidak pernah berakhir. Tetapi ada kelemahan pada kegiatan beres-beres. Newman mengatakan menghabiskan banyak waktu dan energi untuk beres-beres adalah sebuah masalah.

Ilustrasi anak membersihkan rumah. clean-organized-family-home.com

"Berbenah menjadi patologis ketika mengganggu kemampuan untuk fokus atau berfungsi, atau terlalu menyusahkan," jelasnya.

Teknologi juga dapat berkontribusi pada ketajaman warga Amerika untuk merapikan.

"Kami sekarang menjalani sebagian besar hidup di ruang digital, dan ruang-ruang itu setiap hari menjadi lebih menarik dan kacau dan tidak teratur," kata Doreen Dodgen-Magee, seorang psikolog dan penulis Deviced!: Balancing Life and Technology in a Digital World.

Kompleksitas dan ketidakteraturan kehidupan online mendorong banyak orang untuk mencari ketertiban dalam ruang fisik mereka, kata Dodgen-Magee. "Tapi kemudian Anda menemukan ketika kamar atau kotak masuk Anda dirapikan, dunia tidak berhenti menjadi kompleks," katanya.

Pada titik ini, banyak orang memutuskan lebih banyak beres-beres dan merapikan. Tetapi, ini dapat menyebabkan kerapuhan kompulsif dan tak terhindarkan, rasa gagal ketika Anda tidak bisa menjaga segala sesuatunya rapi dan tertata seperti yang diinginkan. Sementara, sedikit merapikan dapat menjadi pengalihan yang menenangkan, katanya, itu hanya perban sementara bukan obat penyembuh.

Baca juga:
#JusticeForAudrey dan Kekerasan pada Anak di Mata Psikolog

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."