Remaja Lebih Percaya Pendapat Teman dari Orang Tua, Ini Efeknya

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Yayuk Widiyarti

google-image
Ilustrasi remaja bermain ponsel. Shutterstock.com

Ilustrasi remaja bermain ponsel. Shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Para remaja masa kini bisa dengan mudah memantau aktivitas teman-temannya lewat media sosial. Kegiatan ini bisa meningkatkan hubungan sosial anak.

Di sisi lain, tak sedikit yang justru merasa tertinggal dibandingkan teman-teman mereka. Sebabnya, anak kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain di medsos.

Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga, Ajeng Raviando, perbandingan yang muncul bisa mencakup berbagai hal. Remaja punya standar sendiri tentang definisi keren.

Baca juga:

Kebiasaan Remaja Saat Pilih Kosmetik: Ikut-ikutan Teman

 “Semua hal yang dianggap keren oleh remaja bisa memicu perbandingan terhadap orang lain tak terkecuali hal yang menyangkut kenakalan remaja karena pada masa ini, remaja cenderung ingin terlihat lebih dibandingkan orang lain,” jelas Ajeng.

Remaja ingin terlihat lebih dari aspek materi, lingkaran pergaulan sosial, hingga hal yang menyangkut pornografi, narkoba, rokok, bahkan, ajaran menyimpang. Misalnya, anak yang melihat temannya membuka situs pornografi akan membandingkan dengan dirinya yang tidak diizinkan oleh orang tua untuk membuka situs sejenis. Bisa jadi ia akan bertanya kepada diri sendiri, “Kok dia boleh, sedangkan aku enggak?”

Perbandingan ini terjadi karena anak menggunakan sudut pandang teman-temannya untuk menilai diri sendiri.

Ilustrasi remaja sedih atau galau. Pxhere.com

“Penilaian dari teman-teman ini krusial bagi para remaja. Ketika kecil, pendapat orang tua berharga bagi anak. Ketika remaja, pendapat dari teman-teman membuat anak merasa berharga,” kata psikolog dari Teman Hati Konseling ini.

Sifat suka membandingkan ini bisa menimbulkan rasa iri atau cemas pada remaja. Akibatnya, remaja merasa ada yang kurang dalam hidup mereka sehingga bisa menimbulkan depresi. Dampaknya, remaja bisa memandang dirinya secara negatif.

Kapan orang tua harus waspada dengan sifat anak yang suka membandingkan dirinya dengan orang lain? Ajeng menjelaskan bahwa orang tua sebenarnya bisa mengukur tingkat kepercayaan diri anak.

Artikel lain:

6 Tips Berbicara dengan Anak Remaja

Remaja yang kerap membandingkan dirinya dengan orang lain kemungkinan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Sinyal lain yang harus disadari orang tua, saat anak tak mampu mengukur kemampuannya sendiri.

“Bisa dalam bentuk materi, misalnya anak minta uang saku lebih banyak dari yang telah disepakati bersama. Atau anak jadi berani ikut-ikutan kegiatan yang sebenarnya di luar kemampuannya,” ujar Ajeng.

AURA

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."