CANTIKA.COM, Jakarta - Di era di mana media sosial, aplikasi perpesanan, dan panggilan video memungkinkan untuk tetap terhubung 24/7, mungkin tampak mengejutkan bahwa begitu banyak anak muda melaporkan perasaan terisolasi dan jauh secara emosional. Lebih dari satu dari tiga orang dewasa muda berusia 18 hingga 25 tahun melaporkan merasa kesepian, menurut laporan baru dari Universitas Swinburne dan VicHealth.
"Ponsel pintar merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari bagi kebanyakan orang dewasa muda, tetapi penggunaan ponsel pintar secara terus-menerus dan dini diam-diam mengubah cara kita tumbuh, berhubungan, dan merasa. Inti dari hal ini adalah sistem penghargaan otak, terutama dopamin , yang memicu motivasi dan kesenangan," kata Dr. Simran Agrawal, Psikolog Klinis.
Artikel Terkait:
Ia juga berbagi dengan HT Lifestyle, “Setiap like, pesan, atau notifikasi melalui media sosial memberikan sedikit dampak, melatih otak kita untuk mengejar imbalan cepat dan menghindari hal-hal yang tidak mengenakkan. Semakin sering hal ini terjadi, semakin sulit menemukan kepuasan dalam hal-hal yang membutuhkan waktu, seperti percakapan nyata, kreativitas, atau tujuan yang tidak disertai umpan balik instan.”
“Seiring waktu, kita terbiasa menghindari keheningan, ambiguitas, atau usaha, yang semuanya penting untuk hubungan yang mendalam dan keintiman emosional. Kita mulai mendambakan kesibukan, dan bagian kehidupan yang lambat dan berantakan terasa lebih sulit untuk ditoleransi. Ponsel bukanlah musuh. Namun tanpa batasan, ponsel dapat mulai membentuk cara kita memandang diri sendiri dan orang lain dengan cara yang bahkan tidak kita sadari. Media sosial juga meningkatkan risiko interaksi sehari-hari,” kata Dr. Simran.
Takut Dihakimi dan Dibandingkan
Dr. Agrawal menjelaskan bahwa kesalahan kecil dengan teman dulunya hanya sekecil itu. "Sekarang, satu momen canggung atau lelucon dapat dibagikan secara luas dalam hitungan detik. Alih-alih belajar melalui coba-coba, banyak anak muda tumbuh dengan rasa takut dihakimi atau diekspos," katanya.
Artikel Terkait:
Tren Pernikahan Era Digital, Jutaan Emisi CO2e Berhasil Dihemat
"Pada saat yang sama, kita terus-menerus membandingkan diri kita dengan versi kehidupan orang lain yang telah disaring dan dikurasi. Hal itu melelahkan, dan mengikis harga diri. Semakin banyak orang mengatakan bahwa mereka merasa sendirian, cemas, atau sekadar kewalahan secara emosional, bahkan ketika mereka dikelilingi oleh interaksi daring," tambahnya.
Dengan kata lain, kesepian modern bersembunyi di balik interaksi yang konstan. "Anda dapat memiliki ratusan pengikut, berada dalam obrolan grup sepanjang hari, dan tetap merasa tidak ada yang dapat dihubungi saat Anda sakit atau terluka. Ini tidak selalu tentang kesendirian secara fisik, ini tentang perasaan tidak terlihat. Kita sering kali 'sendirian bersama', terhubung, tetapi terputus dalam arti yang lebih dalam," kata Agrawal.
Ia menunjukkan bahwa media sosial dapat mengondisikan kita untuk mengaitkan harga diri kita dengan like, komentar, dan visibilitas. "Perlahan-lahan, kita mulai mengubah hidup kita menjadi konten, lebih memikirkan bagaimana sebuah pengalaman akan terlihat secara daring daripada bagaimana rasanya sebenarnya."
Cara Menciptakan Koneksi Nyata di Era digital
Hubungan yang nyata, katanya, menuntut lebih dari kita. "Itu berarti mengambil risiko emosional dengan bersikap terbuka terhadap penolakan, kesalahpahaman, atau kekecewaan. Namun, di dunia maya, mudah untuk tetap bersikap sopan dan terkendali. Kita menunjukkan secukupnya, menyingkirkan yang canggung, menjaga hal-hal tetap di permukaan. Rasanya lebih aman dengan cara itu. Namun sisi buruknya adalah kita kehilangan kedekatan yang berantakan, jujur, dan tidak sempurna yang sebenarnya mengisi kekosongan."
Jadi, bagaimana kita mulai mengubah dinamika ini? "Untuk mulai melawan pemutusan hubungan yang sunyi ini, kita tidak perlu meninggalkan teknologi, kita hanya perlu lebih berhati-hati dalam cara kita menggunakannya," sarannya. "Itu bisa berarti menyingkirkan ponsel saat makan, menghubungi dengan pesan suara alih-alih meme, atau meluangkan waktu untuk satu percakapan tanpa filter dan langsung setiap minggu."
Dr. Agrawal menyimpulkan, "Mungkin yang paling kita butuhkan bukanlah lebih banyak koneksi, tetapi lebih banyak realitas dalam hal-hal yang sudah kita miliki." (EP)
Pilihan Editor: Waspada, Ini 7 Tanda Kamu Kesepian
HINDUSTAN TIMES
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika