Anak Tergila-gila Aplikasi Tik Tok, Psikolog: Orang Tuanya Mana?

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Rini Kustiani

google-image
Aplikasi Tik Tok. technobusiness.id

Aplikasi Tik Tok. technobusiness.id

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Salah satu aplikasi yang tengah digandrungi anak - anak saat ini adalah aplikasi Tik Tok. Yang bikin heran adalah, anak-anak bersedia membayar sejumlah uang demi bertemu dengan orang yang sedang populer di aplikasi Tik Tok itu. Istilahnya, mereka menjadi seleb Tik Tok.

Baca juga:
Psikolog: Anak Kecanduan Gawai Berarti Alami Gangguan Mental
Asri Welas Ingatkan Anak Tidak Kebablasan Gunakan Bahasa Inggris

Seorang anak laki-laki bernama Bowo Alpenliebe kini sedang populer di aplikasi Tik Tok. Bowo Alpenliebe yang memiliki akun Tik Tok @prabowo118 sudah punya lebih dari 790 ribu fans dan mengantongi 6,8 juta like untuk semua videonya. Saking populernya, Bowo kemudian menggelar acara Meet & Greet bersama penggemar. Untuk bertemu dengan bocah berusia 13 tahun tersebut, para penggemar harus membayar uang sebesar Rp 80 ribu.

Terkait fenomena ini, Psikolog dan Founder Personal Growth Ratih Ibrahim mengatakan yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja itu tidak masuk akal. "Yang jadi pertanyaan adalah, orang tuanya pada ke mana," kata Ratih Ibarahim di Jakarta Selatan, Sabtu 30 Juni 2018.

Tak perlu cemas bila anak sudah suka bermain gadget semenjak balita.

Ratih Ibrahim menduga Bowo sudah terbiasa menggunakan gadget sejak kanak-kanak. Kondisi ini membuat dia jadi kecanduan atau adiksi terhadap gadget. "Anak itu mungkin saja sudah terpapar gadget dari umur dua tahun. Bayangkan saja, sudah bertahun dia adiksi," katanya. Seseorang menjadi kecanduan media sosial saat dia merasa eksistensi dirinya meningkat lebih tinggi.

Artikel lainnya: Cara Tangani Anak yang Suka Bohong, Perlu Dirayakan

Ratih Ibrahim juga menduga penggunaan gadget, selfie, dan eksis di media sosial sudah menjadi kebiasaan di keluarganya. Dalam hal ini, Ratih Ibrahim melanjutkan, kemungkinan besar orang tuanya adalah figur yang juga sangat menggemari adanya pengakuan eksistensi diri mereka pada publik. "Anak seperti itu mungkin saja orang tuanya berlaku yang sama. Sebab anak merefleksikan orang tuanya," kata Ratih.

YATTI FEBRI NINGSIH

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."