Jennifer Dunn dalam rilis atas dugaan penyalahgunaan dan kepemilikan sabu di Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya, Jakarta, 2 Januari 2018. Jennifer Dunn ditangkap dalam kasus narkoba untuk ketiga kalinya. TEMPO/Nurdiansah

Kesehatan

Jennifer Dunn, Efek Destruktif Narkoba Lebih Parah pada Wanita

Kamis, 4 Januari 2018 14:07 WIB
Reporter : Astari Pinasthika Sarosa Editor : Rini Kustiani

TEMPO.CO, Jakarta - Jennifer Dunn dan istri Wakil Wali Kota Gorontalo, Sherly Djou tertangkap karena diduga menyalahgunakan narkoba. Peredaran barang haram itu tak mengenal tempat, waktu, bahkan jenis kelamin. Kepala bagian neuroradiologi di University of Colorado School of Medicine, Amerika Serika, Dr. Jody Tanabe, menjelaskan dampak penyalahgunaan narkoba terutama pada perempuan.

Baca juga:
Perpaduan Libra dan Shio Ular Bikin Jennifer Dunn Haus Kemewahan

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Jody Tanabe dan tim menunjukkan, wanita yang menyalahgunakan narkoba mengalami penurunan volume otak. Jika berlangsung terus-menerus akan mempengaruhi kondisi emosional, bahkan setelah tidak menggunakan narkoba dalam waktu lama. Di sisi lain, pria yang menyalahgunakan narkoba tidak mengalami perubahan volume otak yang signifikan.

"Kami menemukan setelah rata-rata 13,5 bulan tidak menggunakan narkoba, wanita yang sebelumnya bergantung pada obat-obatan tersebut memiliki grey matter otak yang jauh lebih sedikit ketimbang wanita sehat," kata Jody Tanabe seperti dikutip dari HealthLine. Gray matter merupakan bagian otak yang berbentuk jaringan penghubung dan berfungsi sebagai pusat analisa informasi.

Ilustrasi razia narkoba BNN. TEMPO/Fahmi Ali

Jody Tanabe dan tim peneliti mengambil riset dari Radiological Society of North America. Mereka menganalisa hasil MRI 127 pria dan wanita. Dari jumlah itu, sebanyak 59 orang yang terdiri dari 28 wanita dan 31 pria, sebelumnya mengalami ketergantungan narkoba jenis kokain, amfetamin, dan metamfetamin. Sisanya, sebanyak 68 terbagi menjadi 28 wanita dan 40 laki-laki yang sehat dan bukan pengguna narkoba.

Sementara itu, psikolog dari Universitas Indonesia Rose Mini Adi Prianto, menilai ekspresi Jennifer Dunn yang sering senyum di hadapan publik tidak wajar. "Sepertinya yang bersangkutan merasa bahwa dia akan bisa melewati kasus itu," kata Rommy, sapaan Rose Mini.

Ilustrasi otak. Dok: StockXpert

Dia menuturkan, ekspresi yang digambarkan Jennifer menjadi pertanda bahwa nalarnya sudah tidak berjalan secara sehat. Kalau nalar manusia sudah tidak benar maka akan berdampak pada emosi dan ekspresi. Emosi manusia dikontrol oleh nalarnya. "Jadi, norma sosial juga sudah tidak dianggap lagi," ucap Rose Mini.

ASTARI PINASTHIKA SAROSA