4 Cara Menciptakan Ruang Belajar yang Aman untuk Anak

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi anak-anak membaca buku di ruang kelas. Foto: Freepik.com/Jcomp

Ilustrasi anak-anak membaca buku di ruang kelas. Foto: Freepik.com/Jcomp

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Menyambut anak-anak ke lingkungan yang aman sangat penting untuk perkembangan awal mereka, termasuk di area ruang belajar anak usia dini dan taman kanak-kanak. Sebagai pengganti orang tua di sekolah, guru berperan besar untuk membentuk pola pikir anak. Merasa aman tidak hanya penting untuk pembelajaran anak-anak, tetapi juga untuk kesehatan mental mereka. Ketika anak-anak merasa aman, mereka memiliki kesempatan yang lebih baik untuk tumbuh secara akademis, emosional, dan sosial. Lantas seperti apa menciptakan ruang belajar yang aman untuk anak? Berikut sejumlah caranya, dikutip dari laman Child Savers.

1. Mendefinisikan Aturan Kelas dan Harapan

Ekspektasi adalah cara Anda ingin anak-anak berperilaku, di mana aturan adalah cara berkomunikasi dengan anak-anak bagaimana memenuhi ekspektasi tersebut. Untuk menerapkan aturan, ingatlah bahwa anak-anak masih mengembangkan kemampuan berpikirnya, jadi penting untuk mempertahankan aturan dan harapan yang singkat dan sederhana. Caranya?

- Jelaskan aturan dan harapan secara positif.

- Gunakan gambar untuk mendeksripsikan aturan dan harapan bersama.

2. Ikuti Rutinitas Harian yang Konsisten

Menciptakan rutinitas tidak hanya akan membantu guru mengelola semua yang harus dicapai selama hari-hari sekolah, tetapi juga memberi anak-anak struktur yang sangat dibutuhkan. Rutinitas yang konsisten adalah salah satu strategi terbaik untuk menghindari masalah manajemen perilaku juga. Menggunakan jadwal visual di kelas setiap hari dapat membantu anak memahami dan mempelajari rutinitas yang akan diikuti sepanjang hari. 

- Tempatkan jadwal visual di lokasi yang mudah untuk dirujuk oleh anak-anak sepanjang hari.

- Tinjau semua kegiatan yang direncanakan mendatang dengan anak-anak setiap hari.

- Berikan instruksi verbal, seperti waktunya membentuk lingkaran

- Berikan penguatan positif untuk anak-anak yang mengikuti dan menyelesaikan rutinitas secara mandiri, seperti terima kasih kamu sudah tepat waktu membentuk lingkaran. 

Baca juga: Hari Anak Nasional, Menteri Bintang Ajak Asah dan Kembangkan Potensi Buah Hati

3. Ciptakan Rasa Memiliki

Anak-anak perlu merasa terhubung dan disambut agar mereka merasa dihormati, percaya diri, dan memiliki rasa percaya. Membangun hubungan yang kuat dan positif dengan anak-anak dan keluarga mereka dapat menciptakan rasa memiliki ini. Membangun hubungan positif ini dapat meliputi:

- Menghabiskan waktu pribadi dengan anak-anak, sehingga Anda dapat belajar lebih banyak tentang satu sama lain.

- Mengembangkan minat terhadap minatnya dan mengikutsertakannya dalam kegiatan pembelajaran.

- Menunjukkan pekerjaan anak-anak di sekitar kelas.

- Mengenal keluarga anak-anak dan menyambut mereka ke dalam kelas.

4. Kenalkan Keragaman di Ruang Kelas

Salah satu cara menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua anak adalah menambahkan seni dinding, buku, dan visual yang memperlihatkan siswa dari berbagai identitas termasuk as, jenis kelamin, agama, geografi, atau struktur keluarga.

Selain itu, berikan harapan yang sama tingginya kepada semua anak, terlepas dari identitas ras, status sosial ekonomi, atau faktor lainnya. Berikan juga kesempatan yang sama bagi anak untuk menggunakan suara mereka dan berkontribusi dalam diskusi kelas. Tawarkan budaya yang mendorong anak untuk mendengarkan apa yang dikatakan rekan mereka.

Memanfaatkan kurikulum yang merayakan berbagai identitas ras dan kulit sangat penting bagi Anda untuk menampilkan dan secara aktif menyertakan siswa dan cerita dari berbagai identitas ras dalam kurikulum Anda.

Pilihan Editor: 5 Cara Menciptakan Ruang Aman bagi Anak di Rumah

CHILDSAVERS

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."