5 Cara Menciptakan Ruang Aman bagi Anak di Rumah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu dan putranya. Foto: Freepik.com/Racool_studio

Ilustrasi ibu dan putranya. Foto: Freepik.com/Racool_studio

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Setiap orang membutuhkan ruang aman, termasuk anak-anak. Ruang aman adalah ketika seseorang mendapatkan dukungan saat membutuhkan bantuan atau semangat, tidak dihakimi saat berbagi kerentanan dan masalahnya, serta memperoleh apresiasi kala meraih impian. Ruang tersebut sangat penting untuk kesehatan mental dan emosional mereka. Dengan terciptanya ruang aman bagi anak, mereka dengan suka cita menghampiri atau mencari Anda ketika ingin membicarakan berbagai hal.

Penting untuk mengetahui mengapa seseorang membutuhkan ruang yang aman dalam berbagi perasaan dan pikiran, sebab ketika merasa tidak aman, Anda akan berada di bagian otak yang disebut "otak reptil" yang menampung respons lari atau lawan.

Ini juga berarti bahwa ketika anak-anak merasa tidak aman –untuk alasan apa pun– mereka tidak dapat melakukan percakapan terbuka tentang apa yang terjadi karena mereka berpikir untuk membela diri dan tidak memiliki akses terhadap perasaan mereka.

Berikut ini sejumlah cara membuat ruang aman bagi anak menurut  Mercedes Samudio, psikoterapis berlisensi, penulis terlaris, pembicara internasional, dan pengusaha visioner.

1. Jangan Menghakimi

Penghalang terbesar anak untuk memulai berbicara dengan Anda adalah ketakutan bahwa Anda akan menghakimi mereka atas apa yang mereka pikirkan atau rasakan. Sebagian besar anak-anak tahu bahwa orang dewasa menganggap pikiran mereka masih kekanak-kanakan dan belum dewasa. Namun, Anda dapat memberi tahu buah hati bahwa Anda terbuka untuk mendengar apa yang mereka pikirkan sebelum berkomentar.

2. Bertanya sebelum Memberikan Saran

Setelah membiarkan anak Anda berbicara, Anda dapat dengan mudah merespons dengan bertanya apakah mereka membutuhkan saran atau mereka hanya ingin ruang aman untuk berbagi.

Ketika Anda memberi tahu anak Anda bahwa Anda ada untuknya lebih dari sekadar memberi nasihat dan mengajari, Anda telah menciptakan ruang aman untuk anak Anda memutuskan apakah mereka siap untuk mengatasi masalah mereka saat itu juga atau jika mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk memprosesnya.

Baca juga: 7 Aktivitas yang Perlu Dilakukan Orang Tua bersama Anak Setiap Hari

Ilustrasi ibu sedang berbincang dengan putrinya. Foto: Pixabay.com/Iqbal Nuril Anwar

3. Jangan Bereaksi Berlebihan

Beberapa hal yang anak Anda pilih untuk diceritakan dengan Anda mungkin akan sangat intens, baik itu soal kesehatan mental teman, kesedihan dan kekecewaan mereka sendiri, atau bahkan masalah kencan. Masalah-masalah ini mungkin akan membuat Anda memiliki respons yang berlebihan, tetapi Anda jangan menunjukkannya kepada anak Anda.

Jika mereka mendatangi Anda dengan masalah tersebut, mereka mempercayai Anda untuk membantu membimbing mereka melalui perasaan mereka tentang masalah tersebut dan mencari solusi bersama.

Jika Anda kewalahan dengan masalah yang diceritakan anak Anda, beri tahu mereka. Anda dapat mengatakan: “Itu adalah masalah yang sangat intens, dan terima kasih telah bercerita dengan saya. Apakah Anda keberatan jika saya meluangkan waktu sebentar untuk berpikir dan saya dapat berbicara dengan Anda (tentukan waktu ketika Anda telah menemukan jawaban).”

4. Tetap bersama Mereka

Akan ada saatnya anak Anda mengalami sesuatu yang tampaknya sepele dan tidak penting bagi Anda atau akan ada saatnya anak Anda tidak dapat mengungkapkan perasaannya dengan cara yang tepat, lantas bagaimana menciptakan ruang aman bagi anak? Tetaplah bersamanya. 

Beri tahu mereka juga, “Aku di sini untukmu sampai kamu siap untuk bercerita. Aku minta maaf karena tidak mengerti apa yang terjadi padamu, tetapi aku ingin membantu. Jadi, bicaralah padaku ketika kamu siap dan aku akan mendengarkan tanpa menghakimi.”

Pernyataan tersebut memberi tahu mereka bahwa Anda jujur tentang ketidaktahuan dan ketika mereka memilih untuk berbicara, Anda hadir untuk mereka dan mendengarkan tanpa menghakimi mereka.

5. Berempati

Apakah anak Anda memilih untuk berbicara dengan Anda atau tidak, bersikaplah empati tentang proses berbagi perasaan dia dengan Anda. Sadari pula bahwa tidak peduli seberapa aman lingkungan yang Anda buat, anak Anda mungkin masih belum terbuka dengan cepat.

Intinya, proses berbagi dan terbuka adalah praktik yang harus kita kembangkan. Anda tentu tidak selalu ingin membagikan apa yang Anda rasakan karena takut ditolak, dihakimi, atau diabaikan, itu juga terjadi pada anak-anak.

Menciptakan ruang yang aman bagi anak untuk berbicara akan membantu mereka melewatinya dengan lebih mudah karena mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian.

Pilihan Editor: Untuk Orang Tua, Ini 5 Alasan Anak Tak Bagikan Perasaannya kepada Anda

 

AN NISA RISTIANTI | SHAME PROOF PARENTING

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."