Marak Penculikan Anak, Tingkatkan Pengawasan Orang Tua dengan Cara Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi Penculikan Anak. shutterstock.com

Ilustrasi Penculikan Anak. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Belakangan ini orang tua semakin resah menuangkan kegelisahannya di media sosial dan berbagai WhatsApp Group terkait penculikan anak yang semakin sering didengar. Menanggapi keresahan tersebut, Parenting coach sekaligus psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Irma Gustiana mengingatkan pentingnya meningkatkan pengawasan orangtua untuk mencegah penculikan anak, sebab keamanan dan keselamatan anak merupakan tanggung jawab orangtua.

Ketika anak tidak dalam pengawasan orang tua, maka akan memudahkan bagi para penculik itu untuk melakukan aksinya. "Yang pasti pengawasan itu penting. Orangtua harus bertanggung jawab terhadap keamanan dan keselamatan anak," kata Irma. 

Irma mengatakan, beberapa aksi penculikan belakangan didasari oleh maraknya penjualan organ tubuh demi mendapatkan uang. Menurutnya, lemahnya pengawasan orangtua dapat menjadi salah satu faktor yang memudahkan penculik untuk melakukan kejahatan tersebut, mengingat anak merupakan kelompok paling rentan yang belum bisa melindungi dirinya sendiri. "Ketika anak tidak dalam pengawasan orangtua, maka akan memudahkan bagi para penculik itu untuk melakukan aksinya," imbuhnya.

Selain memberikan pengawasan, Irma mengatakan orang tua juga perlu mengajarkan anak mengenai cara memberikan respons terhadap orang-orang asing yang ada di sekitar mereka.

Kemudian, ajarkan cara menolak ajakan orang lain yang tidak dikenal. Pastikan juga anak mampu menyampaikan isi pikirannya. Hal itu, menurut Irma, dapat dilatih salah satunya dengan bermain roleplay. "Jadi ketika ada sesuatu yang terjadi, anak mampu menyampaikan kecemasan atau ketakutannya, misalnya ketika di keramaian ada yang bertingkah laku aneh atau mencurigakan," ujar Irma.

"Sampaikan juga pada anak jangan berada di tempat yang sepi yang tidak ada orang lain. Jadi harus berkumpul dengan teman-temannya atau mencari orang dewasa," imbuhnya.

Irma juga mengatakan penting bagi orang tua untuk mengenal tetangga di sekitar rumah, sebab menurutnya kasus penculikan juga sangat mungkin terjadi di daerah perumahan. Pastikan juga anak tidak menggunakan aksesoris berlebihan yang mampu mengundang penculik.

"Misalnya perhiasan berlebihan atau menggunakan smartphone dengan teknologi canggih dan harga yang mahal. Itu bisa menjadi incaran penculik untuk memanfaatkan kelemahan si anak," katanya.

Di samping itu, Irma mengatakan mengajari anak bela diri dapat menjadi salah satu alternatif untuk mencegah penculikan. Meski demikian, perlu diingat bahwa anak tetaplah merupakan kelompok yang tidak berdaya, apalagi jika penculikan dilakukan oleh beberapa orang dewasa.

Sependapat dengan Irma, psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan bahwa meskipun anak memiliki kemampuan bela diri, pengawasan orangtua tetap jadi yang utama.
"Sekalipun anak bisa bela diri, kekuatan fisiknya masih kalah dibanding orang dewasa yang jadi penculiknya. Diajari ilmu bela diri boleh, tapi tetap, anak di bawah usia 12 tahun harus dalam pengawasan orang tua di setiap situasi di manapun dan kapanpun," katanya.

"Gandeng tangan anak supaya tidak jauh-jauh jalannya. Jangan tinggalkan anak duduk atau berdiri sendirian tanpa pendamping yang dikenal," tutup dia.

Baca: Dear Orang Tua, Pahami Gejala Kecemasan Tersembunyi pada Remaja

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."