Manfaat Skin to Skin Contact untuk Anak Seperti yang Dilakukan Ringgo Agus Rahman

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ringgo Agus Rahman bersama istri, Sabai Morscheck dan kedua putranya. Instagram/@ringgoagus).

Ringgo Agus Rahman bersama istri, Sabai Morscheck dan kedua putranya. Instagram/@ringgoagus).

IKLAN

CANTIKA.COM, JakartaRinggo Agus Rahman punya kebiasaan melakukan skin to skin contact atau berkontak kulit ke kulit dengan anak-anaknya sejak masih kecil. Menurutnya, selain untuk meredakan demam sebagai obat alami juga bisa merekatkan bonding antara orang tua dengan anak. 

"Jadi kebetulan emang udah kebiasaan dari anak pertama ya udah skin to skin contact kebawa sampai sekarang. Nah setelah aku baca-baca untuk menghindari penyakit anak emang banyak ya usahanya, mulai memberi ASI, skin to skin, dan pastikan imunisasi lengkap," ungkapnya saat ditemui usai konferensi pers Peluncuran kampanye SoKlin Antisep, Rabu 19 Oktober 2022, di Jakarta. 

Pengalaman skin to skin contact membuat Ringgo jadi merasa semakin punya kedekatan khusus sama anak, atau istilahnya bonding. Ringgo ingat saat pertama kali skin to skin waktu awal-awal kelahiran Bjorka dan sang istri, Sabai Morscheck masih menyusui. 

Diketahui American Academy of Pediatrics merekomendasikan skin to skin terjadi antara ibu dan bayi segera setelah lahir ketika ibu terjaga dan stabil. Mereka mengatakan itu harus berlangsung setidaknya satu jam dan semua prosedur dan tes yang mendesak harus dilakukan hanya dalam posisi ini.

Setiap prosedur yang mengharuskan pemisahan ibu dan bayi harus ditunda sampai satu jam skin to skin, dan setelah menyusui pertama dilakukan.

Sebuah uji coba terkontrol secara acak dari 100 bayi menemukan bahwa mereka yang melakukan skin-to-skin segera setelah lahir delapan kali lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan hipotermia daripada bayi yang dibersihkan dan berpakaian di area yang hangat. Hipotermia adalah keadaan darurat medis di mana tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat menghasilkan panas, menyebabkan suhu tubuh yang sangat rendah.

Berikut manfaat skin to skin contact seperti yang dilakukan oleh Ringgo Agus Rahman: 

1. Menstabilkan suhu tubuh bayi

Skin-to-skin membantu bayi menstabilkan suhu tubuhnya. Segera setelah lahir, suhu tubuh bayi turun rata-rata 2 hingga 4 derajat Celcius saat mereka terpapar udara untuk pertama kalinya, biasanya di lingkungan yang dingin seperti ruang bersalin. Kontak dengan dada ibu dapat membantu menjaga bayi tetap hangat.

2. Meningkatkan keterikatan ayah-anak

Sebuah uji coba terkontrol secara acak tahun 2017 menemukan bahwa ayah yang melakukan skin-to-skin setidaknya selama 15 menit pada hari kelahiran bayi mereka dan mengikutinya selama tiga hari berikutnya, memiliki keterikatan atau bonding yang lebih kuat dengan bayi mereka, dibandingkan dengan ayah yang menggendong bayi mereka. sambil berpakaian.

Memeluk bayi mereka dengan kulit juga membantu para ayah untuk memahami kebutuhan bayi mereka. Pelepasan oksitosin (hormon cinta) yang terkait dengan kulit ke kulit juga membantu orang tua untuk rileks dan mengurangi tingkat stres mereka. Ini semakin meningkatkan ikatan dengan bayi.

3. Bayi lebih tenang, tangisan berkurang

Bayi yang dipeluk di dada orang tuanya juga cenderung lebih tenang. Sebuah uji coba terkontrol secara acak terhadap 30 bayi menemukan bahwa ketika bayi digendong segera setelah lahir, dalam 90 menit pertama kehidupan mereka, hanya 14 persendari mereka yang menghabiskan lebih dari satu menit untuk menangis.

Sebagai perbandingan, ketika bayi dirawat di ranjang bayi, 93 persen dari mereka menangis selama lebih dari satu menit. Menurut para peneliti, memulihkan kedekatan dengan ibu mengurangi stres bayi karena perpisahan, yang bisa menjadi alasan di balik mereka menangis.

Baca: Soal Pola Asuh Anak, Ringgo Agus Rahman: Tak Ada bagi Tugas, Kerjasama dengan Istri

TIMES OF INDIA

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."