Cara Melatih Perkembangan Kognitif Anak, Belanja Hingga Main Puzzle

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Ashanty dan kedua anaknya, Arsy Hermansyah dan Arsya Hermansyah, belanja aneka permen di toko permen di Las Vegas, Amerika Serikat. Foto: Tangkapan layar Youtube/The Hermansyah A6

Ashanty dan kedua anaknya, Arsy Hermansyah dan Arsya Hermansyah, belanja aneka permen di toko permen di Las Vegas, Amerika Serikat. Foto: Tangkapan layar Youtube/The Hermansyah A6

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Psikolog Ratih Ibrahim, mengatakan belanja bisa menjadi salah satu cara untuk menstimulasi atau melatih kognitif anak, salah satunya dalam mengambil keputusan. "Anak-anak diminta berbelanja sesuai dengan aturan yang diberikan. Perbedaannya makin dewasa, jenis aturannya berbeda dan mungkin jumlah belanjanya kita bedakan," kata pendiri dan direktur Personal Growth Counseling & Development Center itu dalam sebuah webinar kesehatan, Rabu 26 Oktober 2022.

Ratih mengatakan, melalui cara ini, orang tua bisa mengukur perkembangan kognitif anak dan melihat apa yang bisa dibantu meningkatkan stimulasi kognitif pada anak.

Di sisi lain, ada berbagai cara untuk membantu melatih sekaligus menstimulasi perkembangan anak berdasarkan delapan parameter perkembangan kognitif misalnya bermain puzzle untuk anak berumur satu hingga dua tahun.

Menurut Ratih, lewat bermain puzzle anak juga dilatih perhatian, fokus, psikomotor, logika dan penalarannya. Orang tua bisa meminta anak menyusun puzzle-nya dengan menggunakan gambar yang familiar. "Semakin tinggi usia anak maka gambarnya semakin rumit dan kepingan jumlah puzzle-nya bertambah. Ini adalah bagaimana kita memberikan pelatihan dan stimulasi kognitif anak," kata Ratih.

Selain itu, orang tua juga dapat mengajak anak menyusun balok atau lego. Kegiatan ini walau tampak sederhana tetapi ini salah satu bentuk latihan untuk mengoptimalkan kognitif anak.

Ratih menyebutkan, ada delapan parameter dalam perkembangan kemampuan kognitif, yakni meliputi perhatian, fokus, daya ingat, kemampuan berbahasa, psikomotor, logika, penalaran dan pengambilan keputusan.

Pada psikomotor misalnya, yakni melalui gerak anak, orang tua bisa melihat bagaimana perkembangan kognitif mereka. Ini melibatkan gerakan otot besar seperti berjalan, berjinjit, berlari. Sementara gerakan motorik halus melibatkan jari-jari tangan bagaimana dia memegang alat tulis, mengambil makanan dan memasukkan ke dalam mulut.

"Anak-anak juga bisa kita lihat bagaimana cara dia berlogika, berpikir, melakukan penilaian yang tepat. Sejak usia dini itu bisa kita lihat observasi dan latihkan pada anak-anak. Kita bisa ajak anak mulai mengambil keputusan atas dasar kemampuan dia sendiri misalnya mau makan nasi atau bubur," kata Ratih.

Baca: Selain untuk Bonding, Simak 3 Manfaat Ajak Anak Masak

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."