Hari Anak, Simak 5 Tips Dampingi Buah Hati Beradaptasi di Masa Transisi

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi anak-anak/kakak-adik. Shutterstock.com

Ilustrasi anak-anak/kakak-adik. Shutterstock.com

IKLAN

Memeringati Hari Anak Nasional, Psikolog Keluarga dari Rumah Dandelion Nadya Pramesrani mengingatkan orangtua untuk peka terhadap perkembangan sosial emosional anak terutama di masa transisi menuju pascapandemi COVID-19, demi memastikan si buah hati mampu beradaptasi saat kembali bersosialisasi dengan orang di sekitarnya.

"Yang perlu dilakukan ketika kita sudah di masa transisi ini adalah peka dulu terhadap kondisi anak. Secara umum kan (selama pandemi) banyak anak yang mengalami keterlambatan di aspek sosial emosional dan motorik," kata Nadya saat virtual media gathering, Kamis, 21 Juli 2022. 

Menurut Nadya, kepekaan orangtua sangat penting agar dapat mengetahui tindakan atau stimulasi anak yang kreatif dan tepat untuk memecahkan masalah yang dialami anak.

Nadya memaparkan, beberapa masalah yang sering ditemui pada anak-anak di masa transisi di antaranya sulit lepas dari orangtua, takut bertemu orang baru atau anggota keluarga yang lama tidak ditemui, penurunan aktivitas fisik yang disertai peningkatan screen-time, perilaku dan suasana hati yang memburuk, hiperaktif, dan kurang fokus.

Nadya menjelaskan, ada beberapa cara untuk membantu anak agar mampu menghadapi masa transisi dan mengejar ketertinggalan dari aspek sosial emosional dan motorik. Pertama, dengan memberikan asupan nutrisi yang tepat dan memadai.

"Ketika anak mulai keluar rumah, dari mulai ketemu sama banyak orang dari yang tadinya kurang beraktivitas fisik, somehow membuat anak-anak jadi rentan sakit," jelas Nadya. "Karena dari yang tadinya di rumah aja kemudian ke luar rumah kan paparan mereka terhadap virus jadi lebih banyak atau lebih gampang capek. Jadi, yang harus dilakukan adalah pemberian nutrisi yang tepat," sambungnya.

Kedua, Nadya mengatakan penting untuk menetapkan struktur dan rutinitas baru sesuai dengan perubahan yang terjadi. Ini dilakukan agar anak merasa aman saat melakukan aktivitas baru dan mempermudah mereka dalam beradaptasi.

"Buat anak, ketika terjadi perubahan, sebenarnya yang dia rasakan adalah ancaman karena dia tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Makanya, memberikan rutinitas dan struktur keseharian yang baru dibutuhkan agar dia merasa aman dan ketika berinteraksi dengan orang lain mereka nyaman," ujar Nadya.

Ketiga, berikan stimulasi kreatif di rumah, misalnya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, terstruktur, dan bertujuan. Keempat, berikan kesempatan agar anak dapat bergerak aktif sehingga dia dapat tumbuh sehat dan berani.

Nadya mengatakan bahwa bagi anak di bawah usia lima tahun, kebutuhan mereka untuk bergerak aktif adalah 300 menit per hari. "Karena di masa pandemi terjadi penurunan kesempatan untuk bergerak aktif, maka sekarang lah waktunya, mesti kita atasi," imbuh Nadya.

Menurut dia, saat anak bergerak aktif, maka akan menstimulasi rangsangan yang diterima otak dan membantu anak belajar lebih efektif. Kelima, beri kesempatan agar anak melakukan interaksi dua arah untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional dan melatih kebaikan dari dalam diri anak.

"Bisa dilakukan di rumah, tapi akan lebih bermanfaat kalau dilakukan di luar rumah. Mungkin kayak sama bapak satpam di depan rumah misalnya, atau saat pergi menemani ibu ke supermarket lalu 'nak coba tanya kalau beli ini di mana'," ucap Nadya.

"Itu adalah hal-hal kecil yang bisa dilakukan setiap hari untuk memberikan kesempatan agar anak mampu berinteraksi dua arah dengan orang lain," tutup dia.

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."