Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tips Menghadirkan Keintiman dalam Bercinta, Saling Terbuka jadi Kunci

foto-reporter

Reporter

google-image
Ilustrasi bercinta/Foto: Pexels

Ilustrasi bercinta/Foto: Pexels

Advertisement

CANTIKA.COM, Jakarta - Momen bercinta bisa membingungkan. Apakah hanya tentang hasrat dan pencarian orgasme, atau apakah cuma trik alam untuk memastikan manusia bereproduksi? Atau yang lebih ekstrem apakah seks bisa menjadi semacam candu?

Namun, jika kita kembali ke esensinya, terutama dalam konteks hubungan jangka panjang, seks adalah tentang keintiman dan itu bukan sekadar istilah romantis. Seks adalah perilaku ikatan (bonding) yang dalam, terutama pada manusia dan mamalia lain yang merawat anak-anak mereka. Artinya, seks adalah bahasa emosional yang dirancang untuk mendekatkan dua individu, menciptakan rasa aman, kedekatan, dan keintiman.

Seks Bukan Hanya Tentang Teknik

Dari luar, kita sering disuguhi narasi bahwa kualitas seks ditentukan oleh teknik, posisi, atau bahkan peralatan. Majalah-majalah populer mempromosikan ide-ide seperti bercinta di atas mesin cuci yang sedang berputar, seakan-akan itu rahasia hubungan yang bergairah. Namun, riset menunjukkan hal yang berbeda.

Pasangan yang paling menikmati kehidupan seks mereka bukanlah mereka yang memiliki koleksi kostum peran atau teknik bercinta yang "liar", melainkan mereka yang merasa aman secara emosional satu sama lain. Mereka bisa terbuka, saling mendengarkan, dan saling merespons itulah yang menciptakan ruang untuk eksplorasi dan kenikmatan sejati.

Tanpa koneksi emosional, seks jadi seperti menari tanpa musik: hampa, teknis, dan mudah terasa hambar. Maka tak heran jika banyak pasangan mulai mencari sensasi di luar hubungan atau bergantung pada pemicu eksternal untuk bisa "menikmati" seks lagi.

Koneksi Emosional: Kunci Bercinta yang Lebih Baik

Pasangan yang securely attached (memiliki ikatan emosional yang aman) melaporkan bahwa mereka tidak hanya lebih sering berhubungan intim, tapi juga lebih menikmatinya. Ini bukan karena mereka tidak memiliki masalah pada semua orang, termasuk pasangan paling bahagia sekalipun, pernah mengalami momen ketika seks terasa kurang menggairahkan. Bisa karena stres, kelelahan, atau masalah kesehatan. Namun, perbedaannya adalah: mereka membicarakannya.

Komunikasi adalah jembatan antara kesulitan dan keintiman. Saat pasangan bisa saling menyuarakan kebutuhan dan kekhawatiran tanpa takut dihakimi, mereka bisa menavigasi masalah seksual sebagai satu tim, bukan sebagai dua orang yang saling menjauh.

Contohnya, ketika seorang pria merasa malu karena kehilangan ereksi, respons pasangan bisa menentukan arah hubungan mereka. Alih-alih menjauh, pasangan yang suportif bisa berkata, “Aku ngerti kamu lagi stres. Kita bisa atasi ini bareng-bareng.” Atau seperti seorang wanita yang merasa perlu diajak bicara dan dipeluk terlebih dahulu karena itu membantunya merasa aman dan siap untuk intim bagi banyak perempuan, keamanan emosional adalah bagian dari foreplay.

Seks Adalah Komunikasi

Jika gairah kamu sedang tidak "bekerja", bisa jadi masalahnya bukan pada gairah melainkan pada komunikasi. Dan kabar baiknya: itu bisa diperbaiki. Mulailah dari yang sederhana, seperti menulis satu hal yang ingin pasanganmu tahu tentang dirimu secara seksual. Ini bukan soal teknik, tapi soal pemahaman.

Karena pada akhirnya, ketika dua orang belajar untuk saling membuka, mendengarkan, dan merespons secara emosional, mereka membuka pintu untuk cinta yang lebih dalam dan momen bercinta yang lebih memuaskan. Seks yang hebat bukan hanya tentang apa yang terjadi di ranjang, tapi tentang apa yang kita rasakan di hati.

Pilihan Editor: Red Flag Alert! Ini 6 Tanda Pria Egois saat Bercinta

YOUR TANGO

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika

Advertisement

Recommended Article

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."
Advertisement