Manfaat Hypnobirthing untuk Ibu Hamil, Bayi, dan Ayah

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi ibu hamil yang bahagia. shutterstock.com

Ilustrasi ibu hamil yang bahagia. shutterstock.com

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Di masa kini, sudah lebih banyak penelitian dan inovasi tentang kehamilan untuk mengakomodasi kebutuhan wanita, salah satunya hypnobirthing. Sejumlah pesohor dan para selebriti telah menerapkan serta membuat teknik tersebut semakin populer. Sebut saja Kate Middleton, Jessica Alba Nikita Willy, Sandra Dewi, Andien, hingga Olivia Jansen telah mencoba hypnobirthing dan membuat proses kehamilan hingga kelahirannya lancar.

Lalu, apa sebenarnya hypnobirthing? Apa manfaatnya untuk ibu dan ayah?

Bidan Jamilatus Sadiyah yang bekerja sebagai Praktisioner Hypnobirthing menjelaskan teknik ini merupakan salah satu cara mengelola stres saat kehamilan terjadi.

Dengan memprogram ulang pikiran dari memori-memori yang kurang baik terutama terkait persalinan, ibu dan ayah nantinya akan mempraktikkan afirmasi positif sehingga proses kehamilan hingga persalinan tidak terasa seperti tekanan.

Hypnobirthing memiliki berbagai manfaat yang dapat dirasakan oleh ibu, bayi dan ayah selama proses kehamilan hingga persalinan usai, di antaranya seperti meningkatkan ketenangan diri untuk sel-sel kesehatan ibu dan janin, mengurangi mual, muntah dan pusing," jelasnya.

"(juga) mengatasi kecemasan dan ketakutan selama hamil dan persalinan, mengurangi risiko terjadinya komplikasi persalinan hingga mengurangi risiko baby blues nantinya," kata Bidan Jamilatus yang merupakan lulusan dari Poltekkes Kemenkes Jakarta.

Pengelolaan stres wajib dilakukan saat kehamilan berlangsung terutama oleh ibu agar anak bisa terhindar dari risiko-risiko kelainan kesehatan seperti alergi, kolik, diabetes, autis, hingga kelahiran prematur.

Tidak hanya menghindarkan sang buah hati dari masalah kesehatan fisik tapi juga pengelolaan stres pada ibu hamil berfungsi menjaga kesehatan emosi dan psikologi bayi di masa depan.

Karena stres harus dikelola secara berkala, maka dari itu metode hypnobirthing tidak hanya dilakukan sekali saja tapi secara berulang kali atau repetisi.

Minimal metode ini dilakukan oleh calon ibu sejak awal kehamilan selama tiga sampai empat kali dalam satu minggu.

Bagi calon ayah, disarankan juga dapat mengikuti hypnobirthing agar sebagai pasangan ia bisa berpartisipasi dan bisa ikut mengelola ketakutan yang sama terkait persalinan.

Dengan demikian, ayah nantinya mampu mendampingi dengan suportif dan tentunya memiliki pemikiran positif bahkan setelah proses kelahiran selesai.

Bidan yang juga telah mendampingi banyak calon ibu dan ayah menjalankan kehamilan lewat instagram @bumilpamil.id itu mengatakan calon orang tua dapat memulai teknik hypnobirthing dengan memberi sugesti atau afirmasi positif setiap harinya terhadap diri sendiri, seperti contohnya di masa kehamilan kondisi janin, plasenta, air ketuban, selaput ketuban, dan tali pusar sehat secara lahir batin hingga persalinan.

Lalu di masa persalinan, kedua orang tua bisa memikirkan bahwa persalinan yang dilakukan akan berjalan dengan lancar, nyaman, tenang, dikuatkan, diikhlaskan, dan melalui proses yang bahagia.

Memasuki masa menyusui, afirmasi positif yang bisa diberikan adalah ASI lancar dan bisa memenuhi kebutuhan bayi lahir dan batin.

Selain memberikan sugesti pada diri sendiri, hypnobirthing juga bisa dilakukan bersama janin saat di dalam kandungan. Komunikasi intens orang tua terhadap janin dinilai bisa mengurangi stres dan membuat proses kehamilan terasa ringan.

Adapun komunikasi bisa dilakukan dengan cara mengajak janin mengobrol di sela- sela aktivitas sehari-hari.

Untuk ibu, komunikasikan apapun yang ibu rasakan kepada bayi saat menjalani masa kehamilan. Ketika janin bergerak atau menendang, baik ibu dan ayah bisa menyapanya. Bahkan ibu dan ayah bisa meminta pendapat janin saat akan mengambil keputusan selama masa kehamilan berlangsung.

Saat memutuskan untuk melakukan hypnobirthing, pastikan juga kondisi kesehatan baik ibu dan ayah prima terutama dari segi mental.

Dikutip dari Healthline, saat akan melakukan hypnobirthing pastikan calon ayah dan ibu bisa memulainya dengan mengatur napas dengan lebih teratur dan dalam kondisi tenang.

Ketika kondisi tenang sudah tercipta, barulah calon ayah dan ibu bisa mulai mengambil fokus dan memikirkan serta memberikan afirmasi positif.

Pakai kata- kata yang terasa menenangkan, seperti dibanding menggunakan kata "kontraksi" untuk membayangkan persalinan ada baiknya kata itu diubah menjadi "gelombang cinta".

Tentunya kata-kata itu juga harus bisa didukung dengan visualisasi yang positif seperti membayangkan persalinan tergambar seperti setangkai bunga yang sedang mekar.

Dengan terus memberikan afirmasi positif dan visualisasi yang baik tentunya baik ibu maupun ayah akan lebih tenang dan mampu menghadapi persalinan dengan lebih mantap.

Beberapa keuntungan lainnya yang mungkin terjadi ketika orang tua menerapkan hypnobirthing di masa kehamilan di antaranya membantu proses kelahiran lebih cepat karena biasanya ibu sudah lebih siap menyambut sang buah hati.

Selain itu, disebut juga bahwa intervensi medis yang dilakukan bisa lebih sedikit. Hal itu dibuktikan dalam sebuah studi di 2011 membuktikan ibu yang melahirkan alami dan sudah menjalani hypnobirthing lebih sedikit mendapatkan injeksi oksitoksin untuk mendorong kelahiran bayi.

Selain itu, studi di 2013 juga menunjukkan bahwa ibu yang sudah menjalani metode ini pun memberikan rasa aman untuk mengontrol dirinya ketika persalinan berlangsung dan akhirnya mengurangi rasa takut terkait hal itu.

Meski bisa dilakukan sendiri, akan lebih baik jika metode hypnobirthing ini bisa dipantau dan didampingi prosesnya bersama ahli seperti dokter atau pun doula. Dengan pendampingan yang tepat tentunya hasil yang didapatkan bisa lebih efektif.

Baca juga: Nagita Slavina Operasi Caesar dengan Metode Eracs, Bagaimana Tahapan Prosesnya

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."