Tetap Taat Prokes Walau Kasus Harian Turun, Perkuat Vaksin dan Booster

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Mitra Tarigan

google-image
Botol berlabel

Botol berlabel "Vaksin Coronavirus COVID-19" dan jarum suntik terlihat di depan logo Novavax yang ditampilkan dalam ilustrasi ini, 9 Februari 2021. [REUTERS/Dado Ruvic]

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Indonesia baru-baru ini memperoleh pujian internasional karena mempercepat pelaksanaan vaksinasi meskipun menghadapi tantangan geografis yang luas dengan lebih dari 17.000 pulau yang dimilikinya. Saat ini, Indonesia termasuk di antara lima negara teratas dunia dengan jumlah vaksinasi tertinggi. Namun, Good Doctor mengimbau masyarakat Indonesia untuk tidak meremehkan efektivitas vaksinasi booster dalam mempertahankan status kesehatan nasional secara keseluruhan di negara ini. Dengan pelonggaran pembatasan perjalanan yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo dan perayaan Hari Raya yang akan datang, tingkat kekebalan dapat dengan mudah dikompromikan jika tidak dirawat dengan baik dengan tindakan pencegahan ekstra.

Upaya pengendalian COVID-19 di Indonesia menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Sehat Negeriku, angka kasus aktif COVID-19 terus turun secara konsisten sejak akhir Februari 2022 yang diikuti juga dengan penurunan angka konfirmasi kasus, penurunan keterisian rumah sakit, dan penambahan angka kesembuhan pasien. Keberhasilan ini harus terus dipertahankan dengan menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi. “Protokol kesehatan dan vaksinasi merupakan harga mati untuk mencegah penularan COVID-19 karena penularan dapat menimbulkan varian baru sehingga siklusnya akan terus seperti itu. Akibatnya, kita tidak akan berada dalam kondisi endemis,” kata dokter spesialis penyakit dalam RA. Adaninggar dalam keterangan pers Good Doctor yang diterima Cantika.com pada 6 April 2022.

Adaninggar menambahkan bahwa tidak pernah ada dua varian yang sama-sama dominan di suatu tempat atau di suatu negara. Varian yang lebih cepat menular akan mendominasi di suatu daerah atau negara dan ini terjadi pada Omicron. "Saat ini, di seluruh dunia termasuk di Indonesia sudah didominasi oleh Omicron. Berdasarkan hasil dari Genome Sequencing, Omicron sudah mendominasi sebesar 96 persen sedangkan sisanya yang 4 persen adalah varian lain,” katanya.

Memahami komponen varian Omicron dan subvariannya

Untuk gejalanya sendiri, berdasarkan kasus yang dihadapi Adaninggar sehari-hari, sebenarnya tidak ada yang bisa membedakannya. Baik varian Delta maupun varian Omicron dapat menyebabkan anosmia. Hanya tidak sebanyak yang dialami penderita Delta. Untuk Omicron, gejala umum yang dialami adalah infeksi saluran pernapasan atas seperti sakit tenggorokan dan batuk pilek. Sementara itu, mereka yang dirawat di rumah sakit akibat Omicron tetap mengalami gejala yang sama seperti pasien dengan varian sebelumnya, yakni badai sitokin dan pneumonia.

Terkait keberadaan subvarian Omicron bernama Siluman (Son of Omicron), Adaninggar mengatakan virus akan terus bermutasi membentuk varian, dan varian juga akan membentuk subvarian. Ini adalah hal yang biasa karena itulah sifat alami virus. Jadi, adanya Siluman (BA.2) yang merupakan subvarian dari Omicron (BA.1) merupakan hal biasa. Seperti varian Delta yang juga memiliki puluhan subvarian. Subvarian Siluman (BA.2) cukup menghebohkan karena di beberapa negara yang kasus Omicronnya sudah lebih dulu tinggi, BA.2 diduga menjadi salah satu penyebab gelombang penurunan kasus tidak banyak atau mengganggu penurunan kasus. "Dari beberapa penelitian terbukti bahwa BA.2 dua setengah kali lipat lebih menular dibandingkan BA.1. Namun, secara penelitian di laboratorium, tingkat keparahan akibat subvarian BA.2 ini mirip Delta, jadi lebih banyak di paru-paru daripada di saluran pernapasan atas seperti BA.1. Yang ditakutkan adalah apabila mirip Delta berarti lebih cepat menular dan menyebabkan gejala yang parah karena berada di paru-paru. Akan tetapi, penelitian di laboratorium itu belum terbukti di dunia nyata sampai sekarang,” katanya.

Vaksin terbukti efektif mencegah gejala berat dan kematian

Adaninggar menambahkan bahwa efektivitas vaksin harus dilihat dari kemampuan vaksin dalam mencegah seseorang masuk ke rumah sakit dan mencegah kematian. Efektivitas vaksin untuk melindungi dari infeksi memang tidak dijanjikan tinggi sejak awal apabila banyak kasus di sekitar kita dan ada varian baru karena antibodi pasti terganggu. Pada varian baru, pasti ada perubahan bentuk sedangkan antibodi bisa mengikat patogen atau mikroorganisme kalau spesifik sekali. Apabila ada perbedaan sedikit saja, antibodi tidak bisa mengikat 100 persen, sehingga terjadi escape immunity. "Jadi apabila ada varian baru, seseorang yang sudah pernah kena virus ini atau sudah divaksin lalu kena lagi merupakan hal yang wajar. Vaksin dua kali yang sudah kita terima sekalipun sekarang kita menghadapi Omicron masih efektif karena orang-orang yang masuk ke rumah sakit akibat gejala berat jumlahnya sedikit dan yang meninggal jauh lebih sedikit dibandingkan waktu varian Delta. Ini merupakan bukti bahwa vaksin sangat efektif,” katanya.

Layanan isolasi mandiri yang paripurna

Medical Manager Good Doctor Technology Indonesia (GDTI) Ega Bastari menyatakan apresiasi kepada Kementerian Kesehatan yang telah bertindak cepat untuk mengadakan program isolasi mandiri. “Program isoman ini sudah dimulai sejak gelombang kedua COVID-19 pada Juli tahun lalu berupa layanan telekonsultasi dan obat-obatan gratis. Hal itu memberikan banyak masukan kepada kami untuk memberikan layanan yang lebih baik untuk menangani kasus-kasus COVID-19.”

Good Doctor menghadirkan informasi panduan yang lengkap dan akurat yang selalu mengikuti pembaruan kebijakan Pemerintah dan Kementerian Kesehatan. Waktu mulai menjalankan program isoman, banyak pasien yang sudah berkonsultasi, besoknya kembali berkonsultasi untuk bertanya karena bingung seperti apa yang dilakukan. Pertanyaan seperti apakah yang sudah dilakukan oleh pasien sudah benar, atau pertanyaan apakah pasien perlu datang ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan lanjutan kerap ditanyakan pasien melalui aplikasi Good Doctor. "Melihat hal itu, kami menyadari bahwa masyarakat pada saat isoman membutuhkan panduan karena pasien menjadi dokter bagi dirinya sendiri. Good Doctor sudah berperan dalam telekonsultasinya maka kami berpikir bahwa Good Doctor juga harus bisa berperan dalam penyelesaian program isomannya atau kalau kondisi pasien memburuk, mereka bisa tahu apa yang perlu dipantau dan segera ke rumah sakit,” ujar Ega.

Good Doctor bekerja sama dengan Lazada dalam penyelenggaraan sentra vaksinasi untuk ketiga kalinya. Sentra Vaksinasi Booster Lazada berlangsung sejak 9—18 Maret 2022 dan ditargetkan untuk memvaksinasi hingga 16 ribu pahlawan ekonomi digital yang terdiri dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), mitra kurir, pekerja logistik serta konsumen dalam ekosistem e-commerce. "Kami berharap Sentra Vaksinasi Booster Lazada ini bisa memberi kemudahan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar gudang Lazada untuk mendapatkan perlindungan tambahan melalui vaksin booster,” ujar Executive Director of Lazada Indonesia, Ferry Kusnowo.

Baca: Ini Waktu Terbaik Vaksin Booster bagi yang Baru Sembuh dari Covid-19

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."