Kasus COVID-19 Mencuat Lagi, PB IDI: Tak Perlu Panik dan Terapkan Hidup Sehat

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock

Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta -  Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof. DR. Dr. ErlinaBurhan Sp.P(K), meminta untuk kembali meningkatkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menghindari kerumunan demi mengantisipasi kasus COVID-19. Ia mengatakan terjadi peningkatan kasus varian COVID-19 di 104 negara dengan varian EG.5, HK.3 dan BA.2.86, antara lain di Singapura dan Malaysia.

"Kita memang melihat sekarang pelaksanaan protokol kesehatan, terutama memakai masker mulai kendor. Tapi, melirik kondisi dan lonjakan kasus di Singapura dan Malaysia, bahkan di Indonesia, PB IDI mengimbau mulailah kembali saat ini memakai masker bila bergejala batuk, pilek, bersin," katanya, Rabu, 6 Desember 2023.

Laporan secara global terdata ada lonjakan kasus baru varian COVID-19 pada 28 hari terakhir, terhitung 23 Oktober-19 November. Sebanyak 104 negara melaporkan kenaikan kasus dan 43 negara melaporkan kematian. Di Singapura tercatat ada 22 ribu kasus varian dari Omicron EG.5 dan HK 3 yang mendominasi 70 persen dari total kasus pada Oktober-November. 

Varian Omicron juga berevolusi, antara lain BA.2.86 yang kemampuan infeksinya rendah. November terjadi peningkatan hampir 4.000 kasus. Meningkatnya kasus di Singapura dan Malaysia karena mobilitas yang tinggi, di mana masyarakat pada November melakukan perjalanan liburan akhir tahun dan berkumpul bersama teman.

"Data mereka juga menunjukkan ternyata antibodi masyarakat sudah menurun karena secara teori mengatakan setelah enam atau 12 bulan terjadi penurunan antibodi," papar Erlina.

Dari data 89 negara dilaporkan mengalami peningkatan kasus, seperti di Amerika Serikat dengan varian EG.5 sebanyak 24,8 persen, Kanada 12 persen, Cina 10 persen, Jepang 7 persen, dan Korea Selatan 6 persen. Sementara itu, data dari Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), kondisi peningkatan kasus di Indonesia tercatat ada kasus EG.5 sejak Juni dan pada Juli meningkat 20 persen dan Agustus menurun kembali.

Naiknya kasus varian COVID-19 juga terjadi di Indonesia Oktober-November dengan data terkonfirmasi 65 kasus pada 2-8 Oktober, 151 kasus pada 20-26 November, dan satu kasus meninggal pada November. Situasi rawat inap akibat subvarian ini juga tergolong rendah. RSUD Soetomo Surabaya merawat dua pasien pada Oktober-November. Sementara di Jawa Barat okupansi tempat tidur juga masih di bawah 3 persen dalam kurun waktu September-November 2023.

Tak Perlu Panik dan Terapkan Gaya Hidup Sehat 

Ilustrasi air mineral dan buah/gaya hidup sehat. Shutterstock.com

Erlina mengimbau masyarakat untuk tidak panik karena subvarian Omicron memiliki gejala ringan dan belum dapat dipastikan apakah infeksi bA.2.86, EG.5, atau HK.3 menghasilkan gejala yang berbeda dari varian lain.

"Varian ini memiliki kesamaan gejala COVID-19 secara umum, cenderung serupa di antara berbagai varian, yaitu demam tinggi, batuk, rhinorrhea (hidung meler), kehilangan penciuman dan pengecap," ucap Erlina.

Faktor penentu berat ringannya gejala bergantung pada kekebalan tubuh, terutama  kelompok lansia, pemilik komorbit seperti diabetes melitus, hipertensi, gangguan ginjal yang tidak terkontrol, dan orang dengan imunokompromis seperti HIV, autoimun, dan kanker.

Erlina juga berpesan untuk menerapkan hidup sehat, makan dengan nutrisi seimbang, mencuci tangan dengan air mengalir, memakai masker saat di keramaian dan perjalanan, serta membatasi waktu berada di ruang tertutup.

COVID-19 Secara Global Alami Penurunan 

Sehubungan kenaikan kasus COVID-19 di Singapura dalam data seminggu, lalu dilaporkan juga di Malaysia (juga berdasar data satu minggu) dan kini juga dinegara kita, maka perlu diketahui bahwa secara global angka COVID-19 dunia secara keseluruhan justru sedang ada sedikit penurunan.  

Publikasi WHO akhir November yang membandingkan data 28 hari (jadi jauh lebih lama dari seminggu) yaitu antara 28 Oktober sampai 19 November 2023 dengan 28 hari sebelumnya menunjukkan ada penurunan 13 persen jumlah kasus dan penurunan 72 persen angka kematian. 

Dengan data konkrit penurunan ini maka WHO menyatakan tiga hal; penurunan angka ini jangan diinterpertasikan sebagai sudah terjadinya penurunan masalah COVID-19 di dunia.

Sebab penurunan angka ini masih perlu dianalisa mendalam, dapat saja terjadi karena berbagai sebab peningkatan imunitas karena alamiah tertular atau vaksinasi, secara umum pelayanan kesehatan membaik dan tentu bisa juga karena sistem pencatatan.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan dengan pola pikir yang sama (baik untuk kasus naik atau turun), maka baiknya kita analisa mendalam juga kenapa ada kenaikan kasus di Singapura, Malaysia dan juga negara kita, di mana kenaikan kasus dapat saja terjadi karena berbagai sebab juga, (walaupun dengan analogi yang sebaliknya), seperti:

a. Penurunan imunitas karena situasi penularan alamiah sudah rendah, atau vaksinasi sudah lama dilakukan (apalagi kalau belum lengkap/rendah cakupan boosternya seperti di negara kita)

b. Secara umum pelayanan kesehatan sedang banyak menghadapi masalah infeksi paru dan saluran napas, karena masuk musim penghujan dll.

c. Tentu bisa juga karena sistem pencatatan, misalnya karena berita di Singapura maka sekarang jadi lebih banyak orang memeriksa COVID-19 dll.

d. Selain itu, tentu saja mungkin karena angkanya memang sedang naik, tapi ingat bhw di Singapura (yang angkanya amat rinci) ini berdasar evaluasi mingguan di minggu 47 pencatatan epidemiologi mereka.

"Dengan analisa di atas maka memang jelas kita perlu waspada, tetapi di saat yang sama maka analisa ilmiah perlu dilakukan secara mendalam. Jangan cepat mengambil kesimpulan berdasar data dan informasi yang belum memadai," ungkap Prof Tjandra Yoga melalui siaran pers, Kamis, 7 Desember 2023. 

Pilihan Editor: IDI Imbau Tetap Vaksin Keempat, meski Covid-19 Berstatus Endemi

YAYUK WIDIYARTI 

Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi dan Inspirasi Perempuan di Telegram Cantika

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."