Beda Gejala Terpapar Varian Omicron untuk yang Sudah Vaksin Dosis 1 dan Booster

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Silvy Riana Putri

google-image
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. REUTERS/Dado Ruvic

Ilustrasi Covid-19 varian Omicron. REUTERS/Dado Ruvic

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Para ahli kesehatan terus meneliti Covid-19 varian Omicron sejak muncul di Afrika Selatan pada November 2021 silam. Di awal kasus, sejumlah pasien tidak menunjukkan gejala kehilangan indera perasa ataupun penciuman. Kelelahan akut juga termasuk cirinya. Dan, sebagian pasien saat itu belum divaksinasi lengkap atau bahkan belum vaksinasi sama sekali.

Seiring berjalannya waktu, ahli kian memperdalam efek yang ditimbulkan varian Omicron berbeda tergantung pada vaksin yang mereka dapatkan dan status vaksinasi mereka, menurut dokter Craig Spencer yang praktik di New York, Amerika Serikat.

Spencer yang berafiliasi dengan Universitas Columbia menyebutkan bagi mereka yang telah menerima vaksin mRNA dosis ketiga, yakni Moderna dan Pfizer dan dosis kedua vaksin Johnson & Johnson memiliki risiko paling rendah terkena Omicron.

Menurut dia, orang-orang yang termasuk dalam kategori penerima booster hanya memiliki gejala ringan. Dalam kebanyakan kasus, pasien hanya mengalami sakit tenggorokan, kelelahan, dan nyeri otot.

“Tidak ada kesulitan bernapas. Tidak ada sesak napas. Semua sedikit tidak nyaman, tapi baik-baik saja,” kata dia seperti dikutip dari Medical Daily, Ahad, 2 Januari 2022.

Kemudian, mereka yang menyelesaikan dosis utama vaksin Moderna dan Pfizer juga memiliki gejala ringan jika terpapar varian Omicron. Tetapi mereka mengalami lebih banyak gejala daripada penerima vaksin booster.

“Lebih lelah. Lebih demam. Lebih banyak batuk. Sedikit lebih menyedihkan secara keseluruhan. Tapi tidak sesak napas. Tidak ada kesulitan bernapas. Sebagian besar baik-baik saja," kata Spencer.

Sementara itu, penerima satu suntikan vaksin Janssen dari J&J mengalami gejala yang lebih buruk daripada penerima Moderna dan Pfizer yang divaksinasi penuh.

Dokter mengatakan, pasien dalam sub-kategori ini mengalami demam selama beberapa hari. Mereka juga lemah, lelah, dan menderita sesak napas serta batuk. Tetapi kondisi mereka tidak mengancam jiwa.

Di sisi lain, orang yang belum divaksin berada dalam kondisi yang paling parah bila terkena varian Omicron. Spencer mengatakan sebagian besar pasien yang dirawatnya tidak divaksinasi. Mereka mengalami sesak napas, kadar oksigen mereka juga turun, sehingga membutuhkan oksigen untuk bernapas secara teratur.

Dia menambahkan kondisi ini selaras dengan data lokal dan nasional yang menunjukkan populasi tidak divaksinasi memiliki risiko tertinggi menderita COVID-19 parah, membutuhkan rawat inap, dan meninggal karena virus SARS CoV-2.

Terus terapkan protokol kesehatan ya, teman-teman Cantika untuk lindungi diri dan orang-orang tersayang dari infeksi Covid-19 varian Delta, Omicron, dan lainnya.

Baca juga: Waspada, Varian Omicron 3 Kali Lebih Berisiko Infeksi Ulang daripada Delta

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."