Pencernaan Lebih Sehat dengan 4 Cara Detoks Berikut Ini

foto-reporter

Reporter

foto-reporter

Editor

Ecka Pramita

google-image
Minuman detoks dan infused water sering jadi pilihan untuk mendapatkan kebugaran tubuh. Sumber foto: Canva

Minuman detoks dan infused water sering jadi pilihan untuk mendapatkan kebugaran tubuh. Sumber foto: Canva

IKLAN

CANTIKA.COM, Jakarta - Tahukah Anda, jika sistem pencernaan sedang kotor atau tidak baik-baik saja bisa menimbulkan beberapa penyakit seperti maag dan gerd. Ada beberapa tanda yang mengindikasikan sistem pencernaan sedang kotor seperti diare, sembelit, mual, dan sakit perut.

Menurut definisi, detoks adalah sesuatu yang dimulai dan dihentikan.
Ide umumnya adalah membersihkan tubuh dari beberapa substansi atau memulai ulang tubuh.

"Beberapa detoks bisa dilakukan dengan lembut, selama sehari atau dua hari dengan masih mengkonsumsi makanan. Namun detoks lain bisa dilakukan dengan cara ekstrem selama berminggu-minggu dengan makanan atau minuman yang dibatasi," kata pakar nutrisi dari Atlanta, Georgia, Amerika Serikat Marisa Moore dikutip dari Instyle pada Selasa, 27 Juli 2021.

Perlu diingat bahwa tubuh memiliki proses detoksifikasi alaminya sendiri. Organ detoks terkuat Anda adalah hati, kata Nisha Chellam, M.D., seorang dokter di Parsley Health. Itulah salah satu alasan mengapa ketika Anda minum lebih dari beberapa koktail, tubuh Anda merasa perlu dibersihkan keesokan harinya.

Segala sesuatu yang Anda makan melewati saluran pencernaan dan kemudian disaring melalui hati untuk mengekstrak nutrisi dari apa yang Anda makan. Dan sayangnya, semakin banyak makanan olahan yang Anda makan maka semakin keras hati akan bekerja untuk mengekstrak nutrisi dan mendetoksifikasi tubuh, jelasnya.

Terdapat empat cara yang bisa dilakukan untuk detoks:

1. Konsumsi buah dan sayur

Selain air, tubuh juga sangat membutuhkan serat alami. Serat bisa didapatkan dari buah dan sayuran hijau. Dalam sehari setidaknya 25 sampai 50 gram dalam sehari. Serat berfungsi untuk melunakkan feses yang merupakan sisa pembakaran makanan yang bercampur dengan kuman dan bakteri dalam tubuh. Sehingga, ketika BAB lancar, usus atau pencernaan pun juga akan bersih.

2. Perbanyak minum air putih

Sudah bukan rahasia umum lagi jika air putih memiliki manfaat yang sangat baik untuk tubuh. Selain sebagai kebutuhan harian tubuh manusia, air putih juga sangat baik untuk kesehatan ginjal, paru-paru,
jantung, dan sistem pencernaan.

Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh menjadi salah satu penyebab sembelit. Saat mengalami dehidrasi, usus besar menyerap air yang menyebabkan feses menjadi keras dan kering. Jadi, baiknya konsumsi 8 gelas air dalam sehari.

3. Konsumsi serat tambahan

Tak hanya sayur dan buah, serat juga bisa didapatkan darimana saja. Salah satu yang bisa menjadi serat tambahan untuk tubuh adalah dengan mengonsumsi MS SLIM (fiber drink) yang mengandung black plum,
fiber alami, dan kopi hijau.

Selain itu, Anda mungkin harus mengurangi konsumsi makanan inflamasi.Ketika Anda perlu menyesuaikan kembali sistem pencernaan Anda (terutama jika Anda mengalami kembung dan ketidaknyamanan GI), setel ulang sistem Anda dimulai dengan menghilangkan makanan yang paling menyebabkan peradangan.

Beberapa makanan yang mungkin menyebabkan peradangan atau sensitivitas termasuk gluten, susu, jagung, kacang tanah, sayur dan buah warna gelap (yang termasuk makanan seperti tomat, dan paprika), dan kerang, kata Dr. Chellam.

3. Kelola stres

Stres dapat mempengaruhi kerja sistem pencernaan tubuh. Sehingga, stres bisa menjadi salah satu cara untuk melancarkan buang air besar. Stres juga bisa mengganggu dinding pembatas usus yang melindungi tubuh dari bakteri. Serangan bakteri secara terus-menerus bisa menyebabkan peradangan pada sistem pencernaan. Oleh karena itu, mengelola stres dengan baik sangat dibutuhkan.

Baca: 5 Manfaat Minum Air Lemon Setiap Hari untuk Pencernaan, Berat Badan, dan Kulit

Iklan

Berita Terkait

Rekomendasi Artikel

"Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini."